kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,47   7,12   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengejar Industri 4.0 dan Indonesia Inc 2.0


Senin, 28 Mei 2018 / 14:43 WIB
Mengejar Industri 4.0 dan Indonesia Inc 2.0


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Setahun terakhir ini bahasan tentang Industri 4.0, atau revolusi industri generasi keempat mengemuka di berbagai media. Namun pembahasannya tampak terpisah jauh dari tujuan pemahaman akan Industri 4.0 itu sendiri. Seolah-olah ia adalah monster utama yang harus dihadapi semua: one against all, and vice versa.

Industri 4.0 bukan lagi ramalan, ia sudah jadi keniscayaan. Industri 4.0 sebenarnya sangat terkait dengan industri manufaktur atau bagaimana pabrik-pabrik masa kini dan masa depan beroperasi.

Industri 4.0 menjadi kurang relevan di bahas di negara seperti Luksemburg, Lichtenstein, Eslandia, dan negara lain yang hampir 100% perekonomiannya ditopang oleh jasa. Bagi Indonesia, tentu sangat relevan. Pergeseran industri terutama manufaktur dari daratan Eropa dan Amerika ke Asia telah memberikan banyak terobosan efisiensi, produktivitas dan inovasi atas proses produksi pabrik-pabrik hingga distribusi output-nya ke seluruh dunia.

Apa sih Industri 4.0? Para pembaca bisa mendapatkan banyak penjelasan di berbagai tautan online, dari yang sangat akademis hingga yang sifatnya referensi ringan. Karakteristik utama dari Industri 4.0 dapat dirangkum dalam beberapa hal:  pertama, secara vertikal menghubungkan berbagai sistem produksi yang cerdas; kedua, proses integrasi horizontal dengan menghasilkan jaringan value chain global; ketiga, sinergi selaras antara pengembangan produk dan sistem produksinya; dan ke empat, percepatan proses manufaktur melalui teknologi tinggi.

Secara ringkas, industri 4.0 pasti tak dapat ditawar-tawar lagi melibatkan pabrik cerdas yang terhubung melalui IoT (internet of things), komputasi kognitif serta komputasi awan. Semua proses dalam pabrik bekerja dengan algoritma yang harmonis. Bisa mengoreksi kesalahan proses produksi, dan sistem akan belajar sendiri seiring waktu dengan data entry yang semakin menggunung (big data).

Saya tak berharap para pembaca menjadi pusing dengan istilah-istilah ini. Karena saya hanya akan membahas salah satu karakteristiknya saja yakni perihal percepatan proses manufaktur melalui teknologi tinggi.


Dalam kunjungan kami ke salah satu produsen chip GPU (graphic processing unit) terbesar di dunia di Silicon Valley baru-baru ini, kami diberi paparan mengenai rangkaian cip dalam satu blok GPU yang memiliki kecepatan 2 petaflops per detik, sebuah indikasi kemampuan penghitungan komputasi dalam satu detik. Petaflop adalah bilangan dengan lima belas angka nol di belakang. Blok GPU yang mereka ciptakan mampu melakukan sebanyak 2 petaflops komputasi per detik, sehingga kemampuannya adalah hyper multi-tasking. Secara khusus kami dipandu untuk memahami bagaimana sebuah blok GPU tersebut akan mengubah industri apapun!

Salah satu contohnya industri perfilman di Hollywood. Makin mahalnya nilai kontrak aktor dan aktris yang harus menjalani proses syuting berbulan-bulan, bahkan bisa lebih dari satu tahun, membuat rumah produksi berpikir dua kali lipat sebelum melakukan proses casting. Blok GPU yang saya bicarakan di atas memberikan solusi cerdas.

Cukup datangkan sang aktor atau aktris dengan kontrak satu minggu saja. Selama satu minggu itu tubuh, gesture, karakteristik kulit, suara (dikenal juga dengan audio DNA) direkam dan di-input melalui protokol deep learning serta artificial intelligence (AI) yang ditenagai GPU tersebut. Jadilah sebuah avatar dari tubuh, wajah, gerakan dan suara sang aktor/aktris untuk dipakai sebagai bahan pembuatan film.

Tak ada lagi stuntman, prop setting, pencahayaan, karena semuanya 100% CGI computer generated images. Film-film seperti Star Wars sudah memakai metode ini. Kami bahkan melihat sendiri contoh grafis mentahannya.

Contoh lain industri aplikasi. Secara sekilas, kami diberi gambaran bila suatu saat dan tak lama lagi, aplikasi akan menciptakan aplikasi, software creates software, dan pengkinian aplikasi dilakukan sendiri oleh aplikasi tersebut sesuai dengan tuntutan serta kondisi sekitar ekosistemnya.

Bagaimana dengan manufaktur? Cukup duplikasi saja protokol dari industri aplikasi di atas. Mesin menciptakan mesin, mesin mengembangkan fungsionalitasnya sendiri, mesin mengoreksi kesalahan mekaniknya sendiri. Kecepatan, ketepatan, kualitas proses hingga produknya menjadi keunggulan kompetitif dari satu pabrik terhadap pabrik lainnya. Inilah esensi kasat mata dari apa yang Industri 4.0 bisa lakukan, dan sedang lakukan. Apakah Indonesia benar-benar siap menyongsong Industri 4.0 tersebut?

Smart industry

Inilah nostalgia saya yang pernah menerima janji di awal tahun 1990-an bahwa Indonesia akan menjadi macan Asia yang berdiri megah dan tegak seperti sebuah global enterprise, atau Inc (incorporated): sebuah Indonesia Inc. Meniru konsep Japan Incorporated, melalui BUMN-BUMN, Indonesia membawa spirit incorporated untuk mewujudkan transformasi menjadi macan ekonomi Asia. Sayang sekali, saat itu bahkan kita belum sempat menjadi sebuah Inc karena keburu kena krisis ekonomi di tahun 97/98.

Hari ini, kesempatan itu datang sekali lagi. Dua dekade lebih sejak spirit Indonesia Inc. digagas, Indonesia jauh lebih siap. Kelas menengah jauh lebih banyak, lebih terdidik dan dewasa ber-ekonomi. Infrastruktur jauh lebih baik dan relatif merata hampir di semua wilayah Indonesia. Dan kesadaran akan tingkat daya saing nasional yang harus dijaga turut serta menambah energi kemunculan kedua spirit Indonesia Inc. yang lebih baik, lebih membumi dan manusiawi, namun tetap tajam bersaing secara global.

Industri 4.0 tak boleh berhenti menjadi diskursus ataupun jargon. Kalau memang mau mengejar standardisasi Industri 4.0, seluruh elemen ekonomi, pemerintah (melalui BUMN) dan swasta serta jutaan sumber daya manusia Indonesia harus serius mempersiapkan semuanya. Dalam banyak hal, besarnya populasi negara bisa menjadi economic dividend yang masif serta sangat menguntungkan. Namun bila tak peka pada pentingnya mengikuti perubahan, industri kita akan terjebak di dalam wacana. Indonesia Inc. hanya akan menjadi kisah masa lalu yang berakhir sebelum halaman terakhir dibuka.

Silicon Valley berusaha memberi tahu seluruh dunia, tak peduli pada negara kaya atau miskin, negara besar atau kecil, bahwa cepat atau lambat industri 4.0 pun mungkin akan menjadi kadaluwarsa. Bila gawai makin pintar, pabrik makin cerdas, dan komputer makin licik, apa yang akan tersisa dari para buruh, para karyawan yang mungkin selama ini berpikir negara akan selalu mampu menjaga agar semuanya baik-baik saja. Hanya rumput, bila masih bergoyang, yang tahu seperti apa kira-kira masa depan industri kita. Wallahualam.

AC Mahendra K. Datu
Praktisi Pengembangan Usaha di Korporat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×