kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Merck menjajal hoki di bisnis obat resep


Sabtu, 07 Juli 2018 / 14:35 WIB
Merck menjajal hoki di bisnis obat resep


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merck Tbk berencana mulai fokus memperkuat lini bisnis biofarma alias obat-obat resep. Emiten berkode MERK ini tengah menyiapkan produk obat baru, yakni bavencio dan mavenclad.

Masih asing dengan jenis obat tadi? Bavencio merupakan obat kanker kulit, sedangkan mavenclad merupakan obat untuk multiple sklerosis.

Melisa Sandrianti, Sekretaris Perusahaan MERK, mengatakan, rencana penjualan bavencio dan mavenclad pada dasarnya merupakan bentuk komitmen perusahaan dalam menyediakan produk inovatif dan berkualitas di bidang farmasi Indonesia. Terlebih lagi, kedua produk tersebut sebenarnya sudah banyak diluncurkan negara-negara lain.

Hanya saja, proses pemasaran produk bavencio dan mavenclad tidak mudah. Perusahaan harus melakukan registrasi dan mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terlebih dahulu. Proses persetujuan ini memerlukan waktu kurang lebih 3–4 tahun ke depan, beber Melisa, Jumat (6/7).

Strategi MERK mengembangkan bisnis biofarma sejalan dengan rencana perusahaan farmasi ini mendivestasikan lini bisnis obat bebas alias consumer health kepada Procter & Gamble (P&G). Rencana ini sudah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham 25 Juni lalu.

Divestasi ini merupakan implementasi strategi Merck KgaA, induk perusahaan MERK, yang berfokus pada inovasi di bidang sains dan teknologi. Perusahaan masih akan tetap menjalankan lini bisnis consumer health seperti biasa hingga proses transaksi rampung pada kuartal IV-2018, papar Melisa.

Setelah proses transaksi selesai dilakukan, MERK akan memfokuskan kegiatan usahanya pada operasi dan pengembangan lini bisnis biofarma dan divisi lainnya.

Renovasi pabrik

Menurut Melisa, lini bisnis consumer health pada dasarnya juga masih mendapat perhatian tinggi di tahun ini. MERK antara lain masih gencar melakukan promosi untuk beberapa obat bebas andalannya, seperti Sangobion dan Neurobion.

Promosi perusahaan ini juga tak main-main. Sebab, perusahaan ini membalut promosi kedua produk tersebut dalam bentuk kampanye kesehatan. Di antaranya melalui program edukasi bertema Indonesia Bebas Anemia dan Lawan Neuropati.

Melisa menuturkan, kampanye pemasaran produk tersebut memakan biaya yang cukup tinggi, bahkan mempengaruhi kinerja keuangan MERK di awal tahun. Akibat tingginya biaya promosi dan permintaan yang masih rendah, pendapatan MERK di kuartal I-2018 lalu turun 1,58% (yoy) menjadi Rp 311,33 miliar. Demikian pula dengan laba bersih perusahaan yang turun 20,63% (yoy) menjadi Rp 52,21 miliar.

Akan tetapi, Melisa tidak mengkhawatirkan penurunan tersebut. Menurut dia, kampanye yang dilakukan MERK merupakan bentuk investasi tersendiri yang diharapkan membawa keuntungan secara jangka panjang. Harapannya, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, kinerja perusahaan dapat kembali tumbuh di atas kinerja pasar, ungkap dia.

Selain pengembangan produk obat resep baru dan promosi produk obat lama, MERK juga sedang fokus pada pembenahan pabriknya yang berada di kawasan Pasar Rebo, Jakarta. Sejak tahun lalu hingga sekarang, MERK terus melakukan renovasi pabrik. Perusahaan ini juga menambah sejumlah fasilitas baru, dengan harapan kapasitas produksi obatnya akan meningkat sekitar 55%.

Hanya saja, pihak MERK belum bisa menginformasikan secara pasti jumlah belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dibutuhkan untuk program renovasi tersebut. Namun, Melisa menyebutkan, seperti pada tahun sebelumnya, capex MERK berasal dari cash flow perusahaan.

Terlepas dari itu, perusahaan ini memang membutuhkan peningkatan kapasitas produksi, mengingat jumlah obat yang dihasilkan MERK terus mengalami pertumbuhan. Berdasarkan catatan KONTAN, tahun lalu MERK mampu memproduksi 741 juta tablet dan kapsul.

Jumlah ini naik 0,81% dari target awal yang ditetapkan perusahaan sebanyak 735 juta tablet dan kapsul. Salah satu pemicu kenaikan adalah meningkatnya pasar ekspor hingga mencapai 47%.

Melisa mengaku, pasar ekspor MERK memang meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Di tahun 2017, volume obat yang diproduksi untuk kebutuhan ekspor sudah hampir menyamai kebutuhan di pasar domestik.

Oleh karena itu, untuk beberapa waktu ke depan, MERK akan mempertimbangkan kembali permintaan ekspor obat dari negara lain. Kami akan mencoba masuk ke pasar baru di kawasan Timur Tengah, beber dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×