Berita Bisnis

Meski Lini Produksi ditambah, Penjualan MLIA diperkirakan Melemah

Sabtu, 11 Mei 2019 | 11:52 WIB
Meski Lini Produksi ditambah, Penjualan MLIA diperkirakan Melemah

Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) berencana menambah tiga lini produksi baru pada tahun ini. Perusahaan tersebut menyiapkan anggaran US$ 34 juta. Sumber dananya dari pinjaman bank dan kas internal.

Lewat penambahan tiga lini produksi baru, Mulia Industrindo bakal mendapatkan tambahan produksi 140 ton botol kemasan per hari dan 75 ton glass block per hari. Target realisasi penambahannya pada kuartal III-2019.

Kalau rencana itu berjalan mulus, paling cepat, Mulia Industrindo akan mengoperasikan lini produksi baru pada paruh kedua tahun depan. "Kalau jadi, lini produksi bisa kami jalankan mulai semester II atau habis Lebaran tahun 2020," ujar Henry Bun, Corporate Secretary PT Mulia Industrindo Tbk, saat paparan publik, Jumat (10/5).

Merujuk materi paparan publik, sepanjang tahun lalu, Mulia Industrindo mampu menjual sebanyak 151.200 ton botol kemasan dan 63.200 ton glass block. Glass block atau balok kaca biasa digunakan sebagai dinding dalam industri properti. Masing-masing volume penjualan tersebut tumbuh dobel ketimbang tahun 2017.

Selain dua produk tersebut, Mulia Industrindo juga menjajakan kaca lembaran dan kaca pengaman otomotif. Volume penjualan kaca lembaran dan kaca pengaman otomotif tahun lalu juga masih tumbuh.

Sekadar kilas balik, sejak Oktober 2017, Mulia Industrindo meninggalkan lini bisnis keramik. Mereka melepas PT Muliakeramik Indahraya kepada perusahaan terafiliasi bernama PT Eka Gunatama Mandiri dengan nilai transaksi Rp 425 miliar.

Lewat pelepasan anak usaha yang menangani bisnis keramik tersebut, Mulia Industrindo berharap bisa memperbaiki posisi keuangan. Kini, perusahaan tersebut fokus pada bisnis kaca.

Tahun ini, strategi Mulia Industrindo dalam bisnis kaca lembaran yakni memacu penjualan di dalam negeri dan kawasan Asia. Lalu pada bisnis kaca pengaman otomotif, mereka mencari peluang pasar original equipment manufacturer (OEM) atau pabrikan. Mereka juga memacu penjualan kaca laminasi ke pasar karoseri.

Sementara strategi pengembangan bisnis botol kemasan dan balok kaca dengan memilah produk yang mampu memberikan profit maksimal. Mulia Industrindo yakin, pasar botol kemasan sangat menjanjikan seiring dengan tren pertumbuhan industri makanan dan minuman.

Lebih efisien

Meskipun agenda ekspansi jalan terus, Mulia Industrindo memproyeksikan penjualan bersih pada tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Target penjualan tahun 2019 sekitar Rp 4,1 triliun atau turun 26,52% year on year (yoy).

Namun Mulia Industrindo tetap optimistis untuk kinerja bottom line tahun 2019. Pasalnya, pelepasan lini bisnis keramik mengurangi beban keuangan. Perlu diketahui, mulai Januari 2019, perusahaan tersebut tidak lagi mendistribusikan produk keramik.

Selain efek positif dari divestasi bisnis keramik, Mulia Industrindo juga mengejar efisiensi produksi. Alhasil, target laba bersih tahun ini masih lebih tinggi ketimbang realisasi tahun lalu. "Harapannya laba bersih kisaran Rp 220 miliar hingga Rp 225 miliar," kata Henry.

Tahun lalu, Mulia Industrindo mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih senilai Rp 189,08 miliar. Itu berarti, target pertumbuhan laba bersih tahun ini 14,05%-15,96%.

Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, penjualan bersih Mulia Industrindo turun 40,24% yoy menjadi Rp 1,01 triliun. Penjualan domestik menyumbang Rp 775,79 miliar atau 76,83% terhadap total penjualan bersih. Sisanya adalah penjualan ekspor. Sementara laba bersih periode berjalan turun 23,69% yoy menjadi Rp 55,33 miliar.

Terbaru