kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Miliki pasokan nikel terbesar, Kadin optimistis RI bakal kuasai pasar mobil listrik


Kamis, 15 April 2021 / 13:26 WIB
Miliki pasokan nikel terbesar, Kadin optimistis RI bakal kuasai pasar mobil listrik
ILUSTRASI. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional Arsjad Rasjid


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional Arsjad Rasjid optimistis, Indonesia akan menjadi produsen baterai lithium dan mobil listrik terbesar di dunia.

Optimisme itu diungkapkan Arsjad seiring besarnya pasokan nikel untuk pembuatan baterai lithium,  yang menjadi bahan  utama pengembangan mobil listrik.

“Indonesia memiliki  kandungan nikel yang luar biasa banyak. Nikel adalah  bahan utama pembuatan baterai lithium,  yang digunakan untuk mobil listrik. Jadi,  seharusnya kita bisa menguasai salah satu rantai pasok baterai lithium   dan pengembangan mobil listrik dunia,” kata Arsjad dalam keterangannya Kamis (15/4).

Arsjad yang juga calon ketua umum Kadin Indonesia, periode 2021-2026, menyatakan bahwa pengembangan mobil listrik akan menimbulkan efek domino dan meningkatkan peran  pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) pada industri otomotif dalam negeri.

Baca Juga: Bos baru Kadin perlu punya visi mendukung kebijakan pemerintah

“Apa yang telah dicanangkan  Bapak Presiden Jokowi untuk mengembangkan industri baterai lithium dan mobil listrik adalah ide yang luar biasa.  Kita harus siap kalau ingin berkembang dan berkompetisi.  Kita bisa leading,” ujar Arsjad. 

Namun ia mengingatkan bahwa  ada tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain terdepan dalam industri mobil listrik dunia.

Selain memiliki sumber daya alam melimpah berupa nikel, Indonesia juga harus memperlengkapi diri dengan sumber daya manusia (SDM) berdaya saing tinggi, memanfaatkan  komponen tingkat komponen dalam negeri (TKDN), dan membeli teknologi dari luar negeri untuk dikembangkan di Indonesia.

“Kita beli teknologi dari luar negeri untuk dikembangkan di Indonesia. Yang penting, ending-nya adalah intellectual property milik Indonesia.  TKDN, komponennya banyak di Indonesia dan cost baterai buatan Indonesia akan lebih kompetitif. Kita berkolaborasi untuk menciptakan sesuatu yang kokoh,” jelas Arsjad.

Presiden Joko Widodo,  juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor  55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. 

Baca Juga: Transisi energi perlu akselerasi untuk mengejar target bauran EBT 23%

Selain itu, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2017, Indonesia mampu menghasilkan 2,12 juta ton nikel pig iron (NPI) dan 482.400 ton feronikel (FeNi) pada tahun 2017.

Data Badan Geologi menyebutkan bahwa per tahun 2012, Indonesia memiliki 1,02 miliar ton dari total cadangan nikel,  terutama berlokasi di Sulawesi dan Maluku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×