kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ombak tinggi kikis untung produsen olahan ikan


Sabtu, 11 Agustus 2018 / 15:05 WIB
Ombak tinggi kikis untung produsen olahan ikan


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Angin kencang yang melanda Indonesia mengakibatkan gelombang tinggi di sejumlah wilayah perainan. Selain merusak bangunan-bangunan di bibir pantai, angin kencang juga menghentikan aktifitas nelayan.

Ganasnya ombak mampu membuat kapal nelayan terbalik. Sejumlah peristiwa kapal terbalik dan tenggelam beberapa waktu lalu cukup menghantui nelayan. Akibatnya, stok ikan turun drastis. Harga ikan pun melambung tinggi.  

Mujiati, pemilik Sambal Cuk asal Surabaya mengamini hal tersebut. Menurutnya, stok ikan di pasaran mulai menurun sejak dua minggu lalu sampai dengan hari ini (6/8). Kalaupun ada, harganya sangat tinggi.  

Seperti harga ikan teri putih naik dua kali lipat dari biasanya, udang kecil naik sekitar 20% dan ikan tuna mengalami kenaikan 10%.

Kelangkaan ikan di pasaran membuat Muji harus rela mengurangi produksinya sampai 40% dari rata-rata total produksinya yang mencapai 2.000 - 5.000 botol per hari. "Saya memilih mendapatkan keuntungan tipis daripada menaikkan harga jual atau mengurangi kualitas," katanya pada KONTAN, Senin (6/8).

Kondisi seperti ini adalah fenomena alam yang terjadi setiap tahun. Hanya, kali ini gelombang besar lebih lama melanda perairan Indonesia. Sebelumnya, hanya terjadi satu sampai dua kali dalam setahun.

Untuk mengamankan stok ikan, perempuan berusia 50 tahun ini mengandeng tiga pemasok ikan dari Tuban, Madura dan Jawa Tengah. Ikan-ikan yang diterimanya langsung diproses untuk dikeringkan sebelum dicampurkan didalam adonan sambal.

Sekedar info, Sambal Cuk mempunyai 35 macam varian dan didominasi sambal campuran daging ikan seperti sambal roa, sambal tuna, sambal udang, sambal ikan teri, dan lainnya.

Menyasar kalangan menengah harga jualnya dibandrol mulai dari Rp 20.000 sampai Rp 35.000 per botol. Konsumennya pun sudah merata dari Sabang sampai Marauke dan juga sampai ke pasar internasional seperti Amerika, Taiwan, dan Singapura.

Widat Mardika Tanka, Manager Pemasaran Tahu Tuna Pak Ran juga sudah merasakan kelangkaan ikan sejak bulan Ramadhan tahun ini sampai hari ini.

Imbasnya harga beli ikan nelayan naik sampai 30%-40% dari harga normal. Namun, Widat bilang, tak mengalami masalah berarti dengan berkurangnya pasokan ikan ini.  Sebab, perusahaannya sudah bekerjasama dengan nelayan besar serta memiliki manajemen stok yang cukup baik. Sayang, dia tak menyebut total kebutuhan ikan per hari.

Namun, Tahu Tuna Pak Ran mengerek harga jual produknya lantaran harga ikan terus melonjak. Widat bilang, harga jualnya naik Rp 500 per pak, menjadi 15.000 per pak. Dengan sistem reseller, Tahu Tuna Pak Ran sudah menjelajah ke berbagai kota di Indonesia.         

Meski ada kendala tiap tahun, bisnis olahan ikan tetap gurih

Musim angin kencang yang terjadi setahun sekali menjadi salah satu kendala bagi para pengusaha pengolahan ikan. Pasalnya, saat musim kencang melanda, pasokan ikan menjadi seret. Terjangan ombak tinggi mengancam perahu nelayan, sehingga mereka urung untuk melaut.

Pada kondisi ini, biasanya, pasokan ikan menjadi sangat terbatas. Akibatnya, harga ikan segar pun melonjak.
Sejatinya, para pengusaha bisa saja mengambil langkah untuk mengerek harga jual produknya. Namun, Namun, mereka harus siap menghadapi risiko respon pasar yang kurang begitu baik.  

Widat Mardika Tanka, Manager Pemasaran Tahu Tuna Pak Ran mengatakan, sempat diprotes konsumen dengan kenaikan harga Rp 500 per pak pada Juli 2018 lalu. Meski begitu, penjualan tidak memperlihatkan penurunan dan cenderung jalan ditempat. Kebanyakan konsumennya adalah para wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke Jawa Timur. Sehingga, momen hari raya Idul Fitri menjadi waktu panen baginya.

Meski merek Tahu Tuna Pak Ran sudah tersohor di wilayah Pacitan, Jawa Timur dan kota lainnya, Widat mengaku bila persaingan di sektor ini sudah ketat. Namun, dia tetap santai, menurutnya dengan menjaga kualitas produknya tetap disukai pasar.

Selain itu, Widat menilai, potensi usaha olahan ikan cukup berat untuk tahun-tahun kedepan dan cenderung stagnan. Alasannya, stok bahan baku yang tidak dapat dipastikan serta membutuhkan teknologi untuk penyimpanan.

Berbeda dengan Mujiati, pemilik Sambal Cuk asal Surabaya, Jawa Timur yang tetap optimis bila usaha olahan ikan masih dapat berkembang, asalkan ada inovasi dan kreasi menu baru sehingga pasar tidak bosan.

Bila tidak kendala, September 2018 nanti, dia akan meluncurkan sambal rendang. "Ini akan jadi produk pertama di Indonesia sambal dengan rasa rendang," katanya pada KONTAN.

Masalah persaingan, Muji tidak ingin ambil pusing. Makin banyaknya pelaku usaha sejenis, membuatnya lebih terpacu untuk terus memperbaiki kualitas, rasa, dan melakukan inovasi produk.

Lainnya, dia pun masih getol melakukan promosi dan edukasi produk secara online dan offline. Dia juga menjalin kerjasama dengan toko oleh-oleh di Surabaya dan pasar ritel modern sebagai tempat penjualan offline.  
Memulai usaha sejak tahun 2008 lalu, kendala bisnis yang dihadapinya masih terkait ketersediaan bahan baku. Maklum saja, saat gelombang tinggi pasokan ikan akan turun drastis.

Lainnya, Muji juga mengembangkan sayap bisnisnya dengan meluncurkan produk bumbu masak. Kini sudah ada lebih dari 10 macam bumbu yang diproduksi seperti bumbu rawon, kare, nasi goreng udang, dan ayam kalasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×