kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pabrik oleokimia tambah pendapatan UNSP Rp 3 T


Jumat, 26 Juni 2015 / 09:12 WIB
Pabrik oleokimia tambah pendapatan UNSP Rp 3 T


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. PT Bakrie Plantation Tbk (UNSP) akan merevitalisasi pabrik oleokimia untuk memacu produkstivitas. Dengan revitalisasi UNSP berharap bisa mendapat tambahan pendapatan hingga Rp 3 triliun.

Andi W. Setianto, Direktur merangkap Investor Relation UNSP menyatakan, perseroan memiliki dua pabrik oleokimia yang berlokasi di Sumatera Utara. Lokasi terbesar berada di kawasan Kuala Tanjung, yakni seluas 74 hektare (ha) yang menghadap perairan Selat Malaka. Sementara lokasi kedua berada di Tanjung Morawa seluas 7 ha.

Secara keseluruhan, keduanya memproduksi sekitar 130.000 ton fatty alcohol dan 105.000 ton fatty acid dan glycerin per tahun. "Untuk beroperasi penuh, perlu beberapa tahapan waktu hingga sekitar 2 tahun," ujarnya di Jakarta, Kamis (25/6).

Di samping itu, UNSP juga memiliki aset pabrik palm oil refinery dengan kapasitas produksi sekitar 360.000 ton RBD palm olein, 100.000 ton RBD palm stearin, dan 25.000 ton palm fatty acid distillate per tahun.

Untuk melakukan revitalisasi pabrik itu, UNSP terus aktif berkomunikasi dengan pihak kreditur. Maklum, perseroan butuh sekitar US$ 50,27 juta untuk proyek revitalisasi bisnis hilir ini.

UNSP memiliki beberapa pilihan pendanaan diantaranya perjanjian dengan beberapa bank seperti Credit Suisse dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Selain itu, UNSP membuka peluang bagi investor yang ingin turut berinvestasi dalam proyek ini.

UNSP menargetkan perkembangan revitalisasi bisa mulai terlihat di akhir tahun 2015. Dengan demikian, kemungkinan pabrik tersebut beroperasi penuh mulai awal tahun 2018.

Per kuartal I-2015, UNSP mencatat penjualan Rp 511 miliar atau naik 27% secara year on year. Meski demikian, perseroan menanggung rugi Rp 90 miliar. Andi menjelaskan, kerugian UNSP disebabkan oleh rugi kurs. Hal ini mengingat UNSP menggunakan laporan keuangan dengan rupiah. Padahal, penjualan UNSP sebenarnya menggunakan dollar AS. "Kerugian bisa diminimalisir jika pendapatan bisa bertambah, namun pabrik oleokimia hingga saat ini belum beroperasi," lanjutnya.

Sementara di bisnis hulu, UNSP menyiapkan belanja modal sekitar Rp 200 miliar untuk penanaman dan perawatan tanaman Kelapa Sawit. Tahun ini, UNSP menargetkan pertambahan produksi kelapa sawit sekitar 20%. Sampai akhir 2014, UNSP memproduksi sekitar 240.000 ton Crude Palm Oil (CPO). Dengan demikian, tahun ini perseroan menargetkan produksi CPO bisa mencapai 288.000 ton.

Pada tahun lalu, lahan sawit inti tertanam UNSP sebanyak 45.000 hektar. Lalu sawit plasmanya yakni 15.000 hektar. Secara keseluruhan, usia rata-rata tanaman UNSP adalah 15 tahun. Lebih lanjut, jumlah lahan tertanam karet UNSP yaitu 20.000 hektar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×