kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah perbaiki sistem logistik agar produk desa berdaya saing


Jumat, 22 Maret 2019 / 16:30 WIB
Pemerintah perbaiki sistem logistik agar produk desa berdaya saing


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah berupaya membenahi aliran logistik barang dari desa ke kota. Sebab selama ini, sistem logistik barang dari desa ke perkotaan masih belum efisien dan efektif selayaknya sistem logistik dari kota ke desa.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, selama ini barang-barang dari kota relatif lebih mudah membanjiri desa karena produknya sudah memenuhi standar industri.

"Sebaliknya, kalau dari desa ke kota kan standarnya tidak ada," kata Darmin usai memimpin dialog bersama sejumlah pengusaha dan analis logistik nasional di kantornya tadi malam, Kamis (21/3).

Menurut Darmin, sudah ada beberapa usulan dan ide bagus dari para pelaku dalam rangka memperbaiki aliran barang desa ke kota ini. Salah satunya adalah dengan membentuk sistem logistik desa (Sislogdes).

"Idenya ada beberapa yang menarik, tapi kita mau tuangkan dulu ide itu, kita mau kompilasi dan coba rumuskan supaya tahu bisa mulai dari mana," lanjut Darmin.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, pada kesempatan yang sama, mengamini bahwa para pelaku logistik telah banyak menyampaikan isu terkait sistem logistik di desa dalam rapat tersebut.

Misalnya, selama ini desa dibanjiri dengan barang-barang jadi yang dijual melalui swalayan mini (mini-mart). Namun, produk-produk buatan masyarakat desa masih sangat sulit untuk masuk dan dipasarkan di kota lantaran minimnya standar dan mahalnya ongkos logistik.

Padahal, produk buatan masyarakat desa tak sedikit yang memiliki kualitas baik, menarik, dan punya potensi pasar apabila diberi akses yang memadai. Jika ini berjalan baik, produk desa tersebut pun bisa perlahan terekspos ke pasar ekspor.

"Tadi ada usulan dari teman-teman kita buat sistem logistik desa karena kita ingin masuk ke tatanan yang paling sederhana dulu yaitu desa yang selama ini sedikit dilirik oleh pelaku logistik," kata Yukki.

Sistem logistik di desa selama ini, lanjut Yukki, cenderung berjalan sporadis lantaran minimnya pelaku dan nihilnya sistem yang jelas. Ia bahkan mengakui, hanya ada sekitar 2%-5% anggota ALFI yang merupakan pemain logistik di desa.

Agar benar-benar terealisasi secara luas, Yukki berharap pemerintah bisa segera menuangkan sistem logistik desa ini ke dalam bentuk aturan. Menurutnya, mestinya aturan semacam ini tak perlu waktu lama untuk dirampungkan, paling tidak dalam 1-2 bulan pun cukup.

"Dengan aturan kami harap sislogdes bisa jalan. Selama ini pengetahuan kepala daerah soal sistem logistik juga masih minim, jadi dengan aturan akan lebih mudah diterapkan," kata Yukki.

Selain sislogdes, para pelaku logistik juga mendorong agar payung hukum yang disediakan pemerintah juga mencakup pembuatan basis data komoditas di setiap desa. Tujuannya, agar pemerintah maupun pelaku dapat dengan mudah mengidentifikasi potensi dan produk unggulan di masing-masing desa yang ada di Indonesia.

"Sislogdes akan menjadi payungnya, di mana di dalamnya ada sistem sekaligus big data komoditas atau produk andalan setiap desa," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×