kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penguatan rupiah & permintaan domestik dorong aktivitas manufaktur di Desember


Kamis, 03 Januari 2019 / 21:00 WIB
Penguatan rupiah & permintaan domestik dorong aktivitas manufaktur di Desember


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nikkei dan IHS Markit, Rabu (2/1) merilis, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencapai 51,2 pada Desember 2018. naik dari capaian bulan sebelumnya sebesar 50,4. Capaian indeks tersebut merupakan yang tertinggi dalam kurun empat bulan terakhir didukung oleh penguatan kurs rupiah serta naiknya permintaan di dalam negeri.

"Di Desember, pemesanan (order) memang meningkat karena faktor seasonal, terutama dari domestik. Sementara, ekspor masih lemah sehingga memang masih sangat bergantung pada domestic demand," ujar Muhammad Faisal, ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Kamis (3/1).

Di samping itu, yang tak kalah penting menurut Faisal adalah faktor menurunnya biaya produksi seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sejak November 2018 lalu. "Sehingga biaya pembelian bahan baku dan lainnya yang terkait dollar menjadi lebih murah dan dari sisi margin juga menjadi lebih besar," lanjut dia.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan hal senada. Ia mengatakan, perbaikan indeks sektor manufaktur Indonesia di Desember didukung menggeliatnya aktivitas produksi di akhir tahun.

"Biasanya ada kecenderungan untuk memenuhi target kinerja. Tapi kita lihat sampai Januari 2019 nanti apa masih berlanjut," ujar Johnny kepada Kontan.co.id, Kamis (3/1).

Johnny menilai, masalah sinkronisasi peraturan akan menjadi kunci penting peningkatan geliat aktivitas manufaktur di 2019. Misalnya, terkait Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) yang mulai efektif beralih ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mulai Januari ini.

"Selama ini masalah peraturan menjadi salah satu yang membuat industri manufaktur melambat. Kalau masalah ini bisa terselesaikan, harusnya perbaikan kinerja industri juga bisa terlihat," kata Johnny.

Permasalahan yang dimaksud, antara lain, belum sinerginya peraturan di tingkat pusat dengan tingkat daerah yang kerap menghambat pengusaha. Berpindahnya OSS ke BKPM diharapkan dapat sekaligus memperbaiki kualitas pelaksanaan dan efektivitas perizinan berusaha.

Sementara, Faisal mengatakan, aktivitas sektor manufaktur Indonesia sepanjang 2019 masih akan relatif sama seperti tahun sebelumnya. "Dari bulan ke bulannya indeks mungkin akan berfluktuasi, tapi secara keseluruhan relatif stabil selayaknya tahun 2018," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×