kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,27   -11,24   -1.20%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan harga CPO menekan penjualan Sampoerna Agro


Kamis, 02 Agustus 2018 / 07:40 WIB
Penurunan harga CPO menekan penjualan Sampoerna Agro


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) masih menekan kinerja emiten perkebunan. Tanpa terkecuali
PT Sampoerna Agro Tbk.

Berdasarkan laporan keuangan semester I-2018, penjualan emiten berkode saham SGRO ini turun 17,3% menjadi Rp 1,33 triliun, dari Rp 1,61 triliun di periode sama tahun lalu. Sejalan dengan penurunan penjualan, beban pokok penjualan SGRO juga terpangkas 12% menjadi Rp 1,01 triliun dari Rp 1,15 triliun.

Dus, laba bersih perusahaan  ini merosot 40,2% menjadi Rp 88,47 miliar. Padahal, di semester pertama tahun lalu, SGRO membukukan laba bersih sebesar Rp 148,01 miliar.

Per akhir Juni 2018, areal tertanam SGRO mencapai 115.741 hektare (ha). Lahan ini terdiri dari tanaman inti kelapa sawit, tanaman sagu dan tanaman karet. Saldo awal tanaman yang sudah menghasilkan senilai Rp 1,32 triliun, naik 6,3% dari periode sama tahun lalu, Rp 1,25 triliun.

Secara kuartalan, kinerja SGRO sejatinya cukup cemerlang. Terlihat dari basis produksi tandan buah segar (TBS) yang naik sekitar 34,3% menjadi 434.254 ton pada kuartal kedua. Produksi CPO juga naik 28,90% menjadi 87.409 ton.

Begitu juga volume penjualan minyak inti kelapa sawit secara kuartalan naik 19,1% menjadi 17.882  ton. "Estimasi kami target produksi CPO setahun penuh akan mencapai 390.944 ton, dan tahun depan, 437.593 ton," kata Andy Wibowo Gunawan, Analis Mirae Asset Sekuritas, Rabu (1/8).

Harga rata-rata penjualan SGRO memang cenderung flat pada semester pertama tahun ini, yaitu Rp 7.864 per kilogram. Tetapi, menurut Andy, strategi SGRO yang mengalihkan porsi produksi TBS dari perkebunan plasma ke perkebunan inti, dapat memberikan yield lebih baik.

Ini tercermin pada kinerja kuartalan SGRO. Walau penjualan turun 0,30% secara kuartalan menjadi Rp 666 miliar, namun laba bersih naik 377,6% menjadi Rp 73 miliar.

Andy memprediksi penjualan SGRO sampai akhir tahun ini bisa mencapai Rp 3,9 triliun dan tahun depan sebesar Rp 4,6 triliun. Sementara, laba bersih hingga tutup tahun ini diprediksi Rp 361 miliar atau naik 25,5% secara tahunan.

Oleh karena itu, Andy mempertahankan rekomendasi beli saham SGRO dengan target harga Rp 2.950 per saham. Kemarin (1/8), SGRO  ditutup di Rp 2.340 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×