kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45936,04   7,69   0.83%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peranan digitalisasi kian krusial di tengah pandemi, keamanan siber jadi tantangan


Selasa, 21 September 2021 / 09:00 WIB
Peranan digitalisasi kian krusial di tengah pandemi, keamanan siber jadi tantangan


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan teknologi memungkinkan munculnya berbagai aplikasi digital yang bisa membantu kemudahan bagi masyarakat. Pratama Persadha, Pakar Keamanan TI Communication and Information System Security Research Center (CissRec) menilai, fenomena yang terjadi saat ini, khususnya teknologi terkait Healthtech sangat penting kehadirannya untuk menjaga keamanan data pengguna agar tidak rentan mengalami serangan siber.

"Karena mencangkup data masyarakat Indonesia juga resiko kebocoran sudah pasti ada, dan tidak ada sistem yang aman dari peretasan. Namun karena ini menggunakan teknologi yang selalu terbuka peluang diretas, pemerintah harus memonitoring keamanan aplikasi sebagai perhatian serius. Karena datanya yang disimpan dan dikelola akan sangat banyak. Karena dalam beberapa tahun akan ada ratusan juta data yang masuk,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Senin Malam (20/9).

Baca Juga: Ini strategi pemerintah menahan gelombang baru pandemi COVID-19

Lanjut ia, sampai saat ini, sektor yang rentan terkena serangan siber salah satunya yaitu sektor Infrastruktur kritis yang tetap menjadi incaran, terutama sektor kesehatan dan farmasi. Disana ada data pasien, data riset dan paling penting data pemakaian vaksin. Karena itu harus disadari ada aktor serangan siber yang didukung oleh negara-negara lain maupun perusahaan multinasional dalam perang data ini.

“Pemerintah melalui kominfo juga wajib melakukan pengujian sistem atau Penetration Test (Pentest) minimal satu bulan sekali kepada seluruh sistem aplikasi terkoneksi baik swasta maupun lembaga tanah air. Ini adalah prinsip keamanan siber dan langkah preventif sehingga dari awal dapat ditemukan kelemahan yang harus diperbaiki segera,” tambahnya.

Ia menilai perlindungan data dan keamanan siber pada sistem di Tanah Air khususnya lembaga pemerintah memang masih menjadi pekerjaan rumah yang berat.

Utamanya karena faktor UU, porsi anggaran dan budaya birokrasi. Perbaikan ke arah pro penguatan siber di tiga hal itu akan membuat perlindungan data dan penguatan sistem elektronik bisa diaktualisasikan secara merata.

Ia menyebut aplikasi PeduliLindungi bisa dikatakan merupakan ujung tombak aktivitas masyarakat di tengah pandemi Coronavirus Disease (Covid-19), tepatnya pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Baca Juga: UPDATE corona di Jakarta Senin (20/9), positif 91, sembuh 409, meninggal 3

Dalam dunia keamanan siber, tidak ada sistem informasi yang benar-benar aman 100%. Doktrinnya adalah keamanan sistem informasi itu proses, bukan hasil. Artinya hari ini aman, belum tentu besok aman dan seterusnya.




TERBARU

[X]
×