kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,68   4,22   0.46%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina Hulu Indonesia terus mendorong terciptanya pembangunan berkelanjutan


Kamis, 23 September 2021 / 11:36 WIB
Pertamina Hulu Indonesia terus mendorong terciptanya pembangunan berkelanjutan
ILUSTRASI. Lapangan migas lepas pantai di Indonesia


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) memegang peranan penting dalam menghasilkan minyak bumi dan gas alam dari Wilayah Kalimantan yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Indonesia. 

Direktur Utama PHI Chalid Said Salim mengatakan, sepanjang tahun 2020, PHI memproduksi rata-rata sekitar 51,7 ribu barel minyak per hari (MBOPD) dan 727,5 juta meter standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD) yang setara dengan sekitar 13% dan 28% produksi.

Selain memproduksi migas bagi negara, lanjutnya, PHI juga konsisten melaksanakan berbagai program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud komitmen Perusahaan terhadap pembangunan yang berkelanjutan.

Berbagai program TJSL ini harus memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, lingkungan, dan hukum serta tata kelola dengan prinsip yang lebih terintegrasi, terarah, terukur dampaknya, dapat dipertanggungjawabkan, dan merupakan bagian dari pendekatan bisnis Perusahaan dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). 

"Program TJLS PHI terdiri dari 5 pilar yang merupakan satu kesatuan dan berkesinambungan, yakni: Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi dan Infrastruktur, Lingkungan, dan Tanggap Bencana," kata Chalid dalam keterangan resminya, Kamis (23/9).

Lewat program-program unggulan selama ini, Chalid mengatakan, PHI dan unit-unit usahanya telah  meraih berbagai capaian dan penghargaan pada 2020 dan 2021.  Misalnya,  meraih 5 penghargaan Indonesia CSR Award 2020, mendapatkan NCSRA 2021 yang diselenggarakan oleh The La Tofi School of CSR, memperoleh Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2021 dan beberapa yang lainnya. 

Baca Juga: Pertamina fokus menuntaskan mega proyek kilang dan Petrokimia

Dalam bidang lingkungan,  PHI mendapatkan  Proper Hijau untuk 10 lapangan migas yang dikelola perusahaan tahun 2020. Tahun ini PHI menargetkan pencapaian 14 Proper Beyond Compliance dan 2 Proper Biru. 

Chalid menilai berbagai prestasi itu merupakan bentuk perwujudan komitmen PHI dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup tanpa meninggalkan kepatuhan terhadap seluruh peraturan, standar, dan ketentuan stakeholder yang berlaku.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menjelaskan, tanggungjawab sosial adalah salah satu bentuk timbal balik perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Dengan begitu diharapkan akan tercapai kemandirian masyarakat dari permasalahan yang dihadapi serta mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui inovasi sosial. 

Sepuluh tahun ke depan diperkirakan merupakan periode terpenting dalam hal mencegah bencana perubahan iklim dan perlindungan keanekaragaman hayati. Siti mengapresiasi Pertamina karena loyal dalam menjadi partner terhadap program PROPER dan terus memberikan perbaikan dari kriteria program yang dikembangkan, serta telah berkontribusi melalui program-program CSR yang signifikan di Indonesia. 

Dia menambahkan bahwa program CSR sangat penting dalam menjaga keberlangsungan bisnis. Selain memberi kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan yang memiliki elemen pertumbuhan keadilan ekonomi, pembangunan sosial, konservasi sumber daya alam, perlindungan lingkungan tata kelola pemerintahan yang baik. 

Sementara itu, Ketua Dewan PROPER Sudharto P Hadi menambahkan, PROPER bukan merupakan  tujuan, melainkan wahana untuk mewujudkan keberlanjutan usaha. Perusahaan harus tahu bagaimana menyinergikan triple bottom line, bukan hanya mengejar profit, tapi juga peduli terhadap masyarakat sekitar dan planet atau lingkungan dimana mereka melakukan kegiatan.

Perusahaan diharapkan mengelola lingkungan karena kebutuhan dan bukan karena takut terhadap sanksi. ”Namun membangun sistem, mengintegrasikan triple bottom line dalam kebijakan strategi dan operasi bisnis, dan terinternalisasi pada perilaku seluruh anggota entitas bisnis pre emptive,” kata Sudharto.

Selanjutnya: SKK Migas optimistis investasi hulu migas mencapai US$ 12,38 miliar di tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×