kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan pelanggan rendah, pemerintah didesak tinjau sejumlah regulasi PLTS atap


Selasa, 30 Juli 2019 / 20:01 WIB
Pertumbuhan pelanggan rendah, pemerintah didesak tinjau sejumlah regulasi PLTS atap


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan teknologi panel surya rupanya tak diiringi dengan pertumbuhan yang signifikan untuk jumlah pelanggan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di tanah air.

Executive Vice President Energi Baru dan Terbarukan (EBT) PLN Zulfikar Manggau bilang, berdasarkan data Perusahaan Listrik Negara, jumlah pelanggan PLN mencapai sekitar 600 Rumah Tangga.

"Ada 600-an pelanggan rooftop namun juga termasuk di dalamnya yang paralel dengan PLN," ungkap Zulfikar, Selasa (30/7).

Lebih jauh Zulfikar memastikan persebaran masih didominasi Pulau Jawa khususnya Jakarta dan Surabaya.

Baca Juga: PLN pertimbangkan masuk ke bisnis PLTS atap

Sementara itu, Manajer Komunikasi Perusahaan Listrik Negara Induk Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (PLN Disjaya dan Tangerang) Dita Artsana menyebut sejauh ini ada 400 pelanggan PLTS atap di area Jakarta.

"Semuanya sudah melakukan penjualan listrik juga dengan PLN," sebut Dita. Sekaligus memastikan unit PLN Disjaya tidak mematok target khusus untuk jumlah pelanggan.

Sementara itu,  Pertumbuhan pelanggan yang stagnan, menurut Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia Andhika Prastawa disebabkan sejumlah regulasi yang malah menghambat pertumbuhan industri dan pengembangan PLTS atap.

"Penetapan TKDN 60%, industri dalam negeri baru bisa memenuhi komponen 40% sehingga saya dengar beberapa industri malah terjadi penurunan permintaan bahkan pembatalan," sebut Andhika.

Baca Juga: Asosiasi Energi Surya keberatan soal ketentuan 60% TKDN untuk PLTS

Lebih jauh Andhika memastikan Asosiasi telah menyurati sejumlah kementerian terkait guna menyampaikan sejumlah keluhan yang dirasakan industri dalam negeri. Kendati terjadi pertumbuhan, Andhika berpendapat pertumbuhan yang terjadi tidaklah optimal.

Ia mencontohkan, setiap tahun ada pertambahan 100 pelanggan PLTS atap. "Pertumbuhannya terjadi tapi harusnya bisa bertambah, ibarat mobil melaju dengan kecepatan yang sama bahkan industri-industri justru mengerem terjadi penurunan order," jelas Andhika.

Senada, Executive Director IESR Fabby Tumiwa menyebut pengembangan PLTS di Indonesia yang telah digalakan sejak 1980 nyatanya masih kalah dengan pencapaian sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara. "Penggratisan lahan serta peniadaan TKDN bisa dorong investasi optimalisasi," jelas Fabby.




TERBARU

[X]
×