kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLN kejar demand listrik hingga 45 TWh dari electrifying lifestyle


Kamis, 21 Oktober 2021 / 18:44 WIB
PLN kejar demand listrik hingga 45 TWh dari electrifying lifestyle
ILUSTRASI. Petugas melakukan pengisian listrik kendaraan bermotor jenis mobil di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN Gedung Sate. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik negara (PLN) mengincar peningkatan demand listrik mencapai 45 Tera Watt hour (TWh) dari program electrifying lifestyle.

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan saat ini PLN memang menghadapi kondisi over supply di sejumlah wilayah. Untuk itu, sejumlah upaya menciptakan demand terus dilakukan.

Salah satu program yang didorong PLN yakni melalui electrifying lifestyle, program ini menyasar peningkatan demand dari sektor kendaraan listrik dan penggunaan kompor induksi. Secara total, demand yang bisa tercipta diperkirakan mencapai sekitar 45 TWh.

"Kalau kita lihat dengan penetrasi (kendaraan listrik) dan animo yang seperti ini kami harapannya 2 TWh sampai 3 Twh untuk tambahan dari yang sekarang. Di 2030 bahkan sampai 5 TWh," kata Darmawan dalam Kompas Talks bersama PLN, Kamis (21/10).

Baca Juga: Gaikindo: GIIAS 2021 menjadi ajang pamer inovasi teknologi otomotif terkini

Darmawan melanjutkan, PLN menargetkan jumlah 15 juta pelanggan akan menggunakan kompor induksi. Jika jumlah tersebut tercapai maka ada tambahan demand listrik mencapai 30 TWh hingga 40 Twh.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov mengungkapkan kondisi surplus listrik di Indonesia dalam 9 tahun terakhir secara rata-rata ada di kisaran 25%.

Kondisi surplus listrik ini dinilai berpotensi menimbulkan pemborosan atas biaya investasi yang telah dikucurkan oleh PLN maupun pelaku usaha swasta serta pemerintah. "Dengan asumsi BPP tenaga listrik tahun 2020 sebesar Rp 1.348 per kWh maka over supply tahun lalu mengakibatkan pemborosan senilai Rp 120 triliun," terang Abra.

Abra melanjutkan, kondisi ini bisa semakin memberatkan PLN jika tambahan proyek kelistrikan dari program 35 GW masuk dalam sistem ketenagalistrikan di masa mendatang. Untuk itu, Abra menilai perlu ada langkah menyeimbangkan demand listrik dengan suplai yang ada.

Selanjutnya: Dirjen Migas: Industri penunjang hulu migas harus terbuka dengan kerja sama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×