kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Potensi film layar lebar bioskop mini


Senin, 10 April 2017 / 16:23 WIB
Potensi film layar lebar bioskop mini


Reporter: Danielisa Putriadita, Jane Aprilyani, Nisa Dwiresya Putri | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Banyak ragam dilakukan orang untuk mencari hiburan. Salah satu yang bisa dilakukan adalah menyaksikan film bioskop dengan teman-teman, keluarga atau orang terkasih.

Anda tidak harus melulu menyambangi bioskop ternama di mal besar untuk bisa menonton film. Kini semakin banyak pelaku usaha yang membuka jasa bioskop mini.

Salah satunya adalah Kineforum yang hadir di komplek Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Berdiri sejak 2006, Kineforum merupakan bioskop pertama di Jakarta yang menawarkan beragam program film sekaligus diskusi film.

Kineforum merupakan program dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Suryani Liauw, Manajer Kineforum,  mengatakan, sebelum Kineforum hadir, telah banyak tempat pemutaran film lain yang muncul, tetapi hanya Kineforum yang memiliki program yang berlangsung secara reguler. "Kineforum memang pengawal mini bioskop yang terprogram dan reguler, meski sekarang sudah banyak mini bioskop yang juga punya program khusus," kata Suryani.

Maksud dari tayangan yang terprogram adalah setiap bulan Kineforum menetapkan satu tema khusus. Biasanya, Kineforum akan menayangkan film yang sesuai dengan tema di bulan tersebut. "Jadi film yang dipilih sesuai tema yang ditentukan," kata Suryani.

Karena film yang dipilih harus mengikuti kesesuaian tema, maka sumber film bisa datang dari mana saja dan dari beragam jenis film. "Kami tidak batasi hanya film Indonesia," kata Suryani.

Film-film yang diputar biasanya film yang menjadi alternatif tontonan bagi publik. Mulai film klasik, kontemporer, film panjang maupun pendek, film luar maupun lokal, dan juga film-film dari non arus utama.

Kineforum memiliki jadwal pemutaran film dua kali penayangan di hari kerja pada pukul 17:00 dan 19.30. Sementara akhir pekan tiga kali penayangan pada pukul 14.30, 17.00, dan 19.30.

Selain pemutaran film, Kineforum juga memiliki program diskusi tentang film. Irfan Ismail, Koordinator Program Kineforum bilang, tujuan diskusi untuk memberi pembelajaran lebih kepada masyarakat melalui film. "Dalam dikusi tidak hanya belajar tentang membuat film, tapi juga belajar dari pesan yang disampaikan oleh film," jelasnya.

Kineforum memiliki satu ruang cinema seating berukuran 7 x 8 m  dengan kapasitas  45 kursi dan lima kursi tambahan. Ruang bioskop yang dilengkapi perforated screen ukuran 3 x 6 m ini juga membuka penyewaan tempat Tarif harga sewa untuk satu slot film (2-3 jam) sebesar Rp 1 juta, dua slot (3-6 jam) Rp 2 juta, dan biaya sewa tiga slot (6-9 jam) Rp 3 juta.

Sementara untuk pertunjukan biasa dibanderol Rp 20.000 per tiket. Kineforum juga menjual minuman dan makanan ringan serta suvenir dari film seperti kaos, DVD, buku dan lainnya.

Pengusaha bioskop alternatif lainnya adalah Eugene Panji di Jakarta. Ia mendirikan usaha bioskop dengan nama Paviliun 28 pada 2014 di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Eugene mengaku, mendapat ide membuka bisnis ini dari keluhan berbagai rekan akan film lokal yang jarang tampil di bioskop besar. "Padahal, banyak film lokal ditayangkan dalam festival di luar negeri," ujarnya.

Ia pun menjawab keluhan itu dengan menyediakan mini teater kreatif. Eugene membangun usaha mini teater tersebut dengan modal sebesar Rp 1 miliar. Ia bilang, untuk membuka Paviliun 28 tidaklah mudah. Sebab, semua peralatan harus disiapkan, seperti sound system, alat screening, bangku dan lainnya.

Menyiapkan program

Disamping mempersiapkan perlengkapan di dalam bioskop, hal lain yang harus diperhatikan dalam membuka mini teater adalah program. Paviliun 28 sendiri buka setiap hari mulai pukul 14.00 hingga 24.00 Wib.

Selama beroperasinya, Paviliun 28 menawarkan program blind date yang memberikan fasilitas tiket gratis bagi penyandang tuna netra menonton film. "Nantinya akan ada yang bukan penyandang tuna netra menemani dan menjelaskan secara visual," sebut Eugene.

Selain itu, ada juga program cinema rabu. Dimana akan ada artis, sutradara dan pelaku industri film yang hadir di Paviliun 28. Tiket yang dibanderol Rp 30.000 per orang. Eugene juga menyediakan program surprise movie dengan tidak menyebutkan film yang ditayangkan pada hari itu.

Program lain yang disediakan adalah private screening untuk setiap penonton yang menyewa bioskop. Biaya yang dibanderol Rp 900.000 selama satu hari berisi 35-40 kursi. Pada hari biasa, tiket bioskop dibanderol Rp 25.000 sampai Rp 30.000 per orang.

Dalam sehari, sekitar 150-200 penonton datang ke Paviliun 28. Kebanyakan penonton kalangan mahasiswa, pelajar dan pegawai kantor. Beberapa instansi dan perusahaan seperti Google, Samsung, Garuda dan lainnya juga kerap memesan mini bioskopnya untuk agenda tertentu.

Omzet yang diperoleh pun tergantung event dan program yang dikeluarkan. Eugene memperkirakan capaian omzet antara Rp 8 juta sampai Rp 20 juta per hari. Rencana ke depan, Eugene akan meluncurkan program Sunday bagi anak-anak dibawah usia 11 tahun untuk berkarya, baik menyanyi, menari, bermain musik, dan lainnya. "Jadi rencananya akan ada program Sunday pada Mei dan memperbaharui film-film yang tayang di bioskop," kata dia.

Pemain lainnya adalah Budi Prasetyo, Panji Mukadis dan Hato Handoyo yang mengusung brand Radiant Cinema di Ciputat, Tangerang Selatan. Berdiri di akhir tahun 2016 lalu, Radiant Cinema baru resmi memutarkan film di teater milik mereka pada Januari 2017.

Panji mengakui, mereka bertiga bukanlah pioner dalam bisnis bioskop alternatif. Meski demikian, mereka sudah lama menggemari dunia film. Panji mengaku, sejak 2011 sudah sering mendatangi berbagai event, ruang diskusi, dan festival-festival film. Dari acara-acara tersebut ia dan dua kawannya ini saling mengenal. Pada 2016, barulah mereka memutuskan untuk mendirikan bioskop alternatif sendiri, bekerja sama dengan The Radiant.

Meski sudah banyak pemain lain, Panji dan kawan-kawan tak takut bersaing. Ia bilang, setiap bioskop punya market masing-masing. Begitu pula dengan Radiant Cinema yang membidik para pecinta film alternatif di wilayah Tangerang dan sekitarnya, dengan segmen usia 20-30 tahun.

Target pasar ini tentunya berkaitan dengan film-film yang diputar di Radiant Cinema. Panji yang berperan sebagai Programer, menjelaskan bahwa Radiant Cinema fokus memutar film-film alternatif. Menurutnya, film ini kebanyakan tidak diputar di bioskop mainstream tapi tetap memiliki value lebih yang bisa dibagikan kepada penonton.

Film alternatif yang ia maksud bisa berupa film panjang maupun film pendek. Selain berusaha menghadirkan tontonan yang berbeda, Radiant Cinema juga memiliki tujuan lain untuk memberikan apresiasi pada film-film produksi lokal. "Kami ke depan juga akan berusaha hadirkan film alternatif dari negara lain," jelas Panji

Untuk menikmati film di Radiant Cinema, penonton terlebih dahulu melakukan register di laman online yang telah disediakan. Disarankan datang satu jam sebelum pemutaran film, penonton diwajibkan membayar donasi sebesar Rp 25.000 untuk setiap film yang ditonton.

Radiant Cinema buka dua kali seminggu di akhir pekan. Penayangan film berlangsung mulai jam 14.00 Wib. Teater Radiant Cinema berkapasitas 30 orang. Radiant Cinema juga dilengkapi lounge yang nyaman serta kafe.

Sebagai bioskop alternatif baru, mereka aktif melakukan kerjasama dengan film maker dalam negeri. "Sebisa mungkin kami juga datangkan film maker-nya ke teater kami," tutur Panji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×