kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45937,81   9,46   1.02%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Presiden Jokowi: Hasil kebijakan B20 baru akan terlihat setelah setahun


Minggu, 25 November 2018 / 19:38 WIB
Presiden Jokowi: Hasil kebijakan B20 baru akan terlihat setelah setahun
ILUSTRASI. PRESIDEN KUNJUNGI PASAR TRADISIONAL


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - PALEMBANG. Presiden Joko Widodo mengatakan masih perlu waktu untuk melihat efektifitas kebijakan biodiesel 20% (B20) terhadap harga crude palm oil (CPO). Pasalnya, saat ini harga CPO masih terus mengalami penurunan.

Menurut Presiden kebijakan yang baru dilakukan tiga bulan lalu itu masih butuh proses. "Paling tidak butuh waktu kurang lebih setahun dari tiga bulan yang lalu," katanya, Minggu (25/11).

Untuk itu dirinya juga masih menunggu keberhasilan dari kebijakan B20 ini. "Kalau B20 berhasil maka harganya (CPO) pasti akan otomatis (naik) karena disedot oleh permintaan dalam negeri," jelas Jokowi.

Apalagi kalau berhasil kemungkinan besar Indonesia tidak impor minyak, karena minyak kelapa sawit bisa diproduksi menjadi B-20.

Presiden mengakui, permasalahan harga CPO yang jatuh ini bukan permasalahan yang mudah. Hal itu mengingat jumlah produksi nasional mencapai 42 juta ton per tahun.

Tak hanya harga CPO, Presiden juga menyoroti harga karet yang juga belum rebound. Menurut Presiden, karet dan CPO ini merupakan komoditas internasional yang tidak bisa dipengaruhi dengan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Oleh sebab itu, sebulan yang lalu ia perintahkan Menteri PUPR untuk menggunakan bahan karet sebagai pembangunan jalan (aspal). "Ini sebentar lagi yang di Sumsel kita akan beli langsung dari petani atau koperasi untuk beli getah karetnya. Dibeli langsung oleh Kementerian PU," kata Presiden.

Saat ini harga karet di Sumsel hanya sebesar Rp 6.000 per kg. "Ini mau dibeli Pak Menteri PU kira-kira Rp 7.500-Rp 8.000 kg. Sebentar lagi akan dimulai," katanya.

"Tidak mudah menyelesaikan hal seperti ini karena menyangkut produksi yang sangat besar. Tapi kita sudah berusaha amat sangat menyelesaikan hal ini," tambah dia. Seperti mengirim tim ke Uni Eropa, China, India yang merupakan pembeli terbesar

"Inilah problem yang ingin saya sampaikan apa adanya. Tapi pemerintah tadi saya sampaikan karet dipakai untuk campuran aspal, sawit dipakai untuk campuran B20. B20 ini sudah berjalan tapi belum maksimal. Saya kira setahun baru kelihatan nanti hasilnya," tutup Presiden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×