kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek Aneka Tambang disepuh harga emas & nikel


Jumat, 20 April 2018 / 08:30 WIB
Prospek Aneka Tambang disepuh harga emas & nikel


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kalau Anda termasuk investor yang membeli saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di awal tahun ini, Anda tentu sudah mencicipi cuan sekarang. Harga saham emiten tambang ini memang terus melesat.

Pada penutupan perdagangan kemarin (19/4), harga saham ANTM ditutup menguat 5,65% jadi Rp 935 per saham. Artinya, sejak awal tahun, harga saham ini sudah naik sekitar 49,6%. Dahsyat, kan?

Analis menilai harga saham ANTM melambung tinggi karena permintaan emas  sebagai aset safe haven meningkat. Peningkatan permintaan emas ini lantas memberi kontribusi besar ke pendapatan.

Tahun lalu, ANTM berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 12,7 triliun atau naik 39% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total pendapatan tersebut, kontribusi penjualan emas mencapai Rp 7,4 triliun.

Yuni, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, memperkirakan tahun ini penjualan emas Antam masih bisa meningkat menjadi Rp 10,4 triliun. "Peningkatan penjualan emas didukung oleh lonjakan volume penjualan dari 13 ton menjadi 18 ton," kata Yuni dalam risetnya.

Selain itu, ANTM juga berhasil mendaftarkan izin ekspor nikel dan bauksit sejak 2017. Tahun ini ANTM mendapat perpanjangan izin ekspor kembali. Akhir Maret lalu, emiten tambang pelat merah ini berhasil menerima perpanjangan izin ekspor bijih nikel kadar rendah (kurang dari 1,7% Ni) sebesar 2,7 juta wet metric ton (WMT) dan bijih bauksit tercuci dengan kadar lebih dari 42% Al2O3 sebesar 840.000 WMT. Ijin ekspor tersebut berlaku untuk periode 2018-2019.

Analis Kresna Securities Robert Yanuar Hardy optimistis kinerja ANTM masih bisa bertumbuh seiring dengan penjualan yang meningkat. Menurut dia, ANTM bisa memperoleh kembali izin tersebut karena perkembangan yang cukup signifikan dari pembangunan smelter grade alumina refinery (SGAR) atau pabrik pemurnian.

Bahkan ANTM menargetkan SGAR bisa beroperasi pada 2021.  "Rekomendasi izin ekspor baru bisa membuat volume ekspor nikel dan bauksit ANTM naik di tahun ini," kata Robert, Kamis (19/4).

Sebelumnya, pada tahun lalu, perusahaan tambang ini sempat mendapatkan rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah senilai total 3,9 juta WMT. Rinciannya, izin untuk 2,7 juta WMT diperoleh pada Maret 2017 dan 1,2 juta WMT diperoleh pada Oktober 2017. Sementara, rekomendasi ekspor bijih bauksit tercuci diperoleh pada Maret 2017.

Defisit pasokan

Yuni mengatakan penjualan nikel ANTM tahun ini bisa semakin menguntungkan. Hal ini didukung oleh potensi stabilnya harga nikel global. Selain itu, permintaan nikel juga berpotensi meningkat seiring kebutuhan nikel untuk baterai dan mobil listrik.

Tambah lagi, saat ini pasokan nikel dunia saat ini masih dalam tren menurun. Penyebabnya, produksi empat pabrik nikel terbesar di Filipina saat ini sedang turun.

Memang, sentimen perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) berpotensi mempengaruhi harga nikel. Tapi, dampak sentimen perang dagang ini tidak akan terlalu signifikan di tengah berkurangnya pasokan nikel.

Yuni memprediksi penjualan feronikel ANTM di 2018 berpotensi meningkat karena dipicu peningkatan kapasitas produksi pabrik Pomalaa dari 20.000 TNi menjadi 37.000 TNi. Menurut hitungan Yuni, penjualan feronikel ANTM bisa tumbuh mencapai Rp 4 triliun tahun ini. Sepanjang 2017 lalu, penjualan feronikel mencapai Rp 3,2 triliun.

Senada, Andy Wibowo Gunawan, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memprediksi harga nikel global akan bertahan dalam tren penguatan, didukung rendahnya persediaan nikel global. Bahkan, persediaan nikel di Shanghai akan tetap rendah, yakni di 55.680 ton. Andy menghitung, harga nikel akan bergerak antara US$ 13.000–US$ 13.800 per metrik ton tahun ini. 

Andy menganalisa, produksi bijih nikel dan bauksit ANTM masing-masing akan mencapi 11,3 juta WMT dan 1,6 juta WMT di tahun ini.

Perseroan sendiri tahun ini menargetkan produksi feronikel mencapai 26.000 ton nikel (TNi). Target tersebut sekitar 19% lebih tinggi ketimbang produksi 2017 yang sebesar 21.762 TNi.

Robert mengatakan tantangan bagi ANTM di tahun ini adalah bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan kuota ekspor nikel dan bauksit dengan maksimal. Selain itu, ANTM juga perlu mempercepat pembangunan smelter. "Kalau smelter bisa cepat dibangun, akan menaikkan nilai tambah dari mineral mentah ke mineral jadi atau setengah jadi," kata Robert.

Robert memprediksi hingga akhir tahun nanti ANTM bisa bukukan pendapatan mencapai Rp 15 triliun, atau naik sekitar 10%-15% dibanding realisasi pendapatan tahun lalu. Sementara, laba bersih ANTM diprediksi bisa tumbuh sekitar 15%-20%.

Meski harga saham ANTM sudah naik cukup tinggi, Robert masih merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.100 per saham. "Saham ini layak investasi, seiring dengan potensi penjualan yang meningkat di tahun ini," kata Robert.

Senada, Yuni merekomendasikan buy dengan target harga Rp 990 per saham. Sedangkan Andy dalam risetnya Maret lalu merekomendasikan buy ANTM dengan target harga Rp 1.225 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×