kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyeksi dipangkas, laju harga CPO tahun ini makin seret


Rabu, 17 April 2019 / 14:58 WIB
Proyeksi dipangkas, laju harga CPO tahun ini makin seret


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek harga minyak sawit mentah (CPO) tahun ini nampaknya bakal semakin seret. Pasca terganjal kebijakan impor dari Uni Eropa, kini lembaga rating RAM Rating ikut memangkas proyeksi harga CPO untuk 2019.

Sebelumnya, pada Senin (15/4) RAM Ratings umumkan penurunan proyeksi harga CPO 2019, dari sebelumnya berada di rentang RM 2.300 - RM 2.500, menjadi rata-rata RM 2.200 - RM 2.400 per ton.

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, keputusan tersebut diambil lantaran terdapat pertumbuhan produksi yang akhirnya meningkatkan pasokan CPO global. Ditambah lagi, sentimen perang dagang antara AS dan China turut menjadi perhatian pelaku pasar.

"Forecast RAM Ratings juga menunjukkan bahwa pasar CPO sedang lesu. Termasuk kampanye negatif dari Uni Eropa, dan ini berpengaruh pada pangsa ekspor ke depan," jelas Deddy kepada Kontan, Selasa (16/4).

Sentimen yang paling mendominasi pasar CPO ke depan, menurutnya adalah kampanye negatif dari Uni Eropa. Apalagi, secara teknikal meskipun beberapa pekan lalu harga CPO sempat menguat, namun menurut Deddy belum cukup untuk mempertahankan level harga CPO hingga akhir tahun.

"Untuk kontrak Juni, harga bergulir lemah. Apalagi sampai sekarang pasar masih menanti perundingan dagang AS dengan China. Artinya ini bisa menjadi sentimen negatif buat CPO, mengingat China akan meningkatkan permintaan minyak kedelai ke AS," ungkapnya.

Untuk itu, Asia Trade Point Futures memprediksi harga CPO hingga akhir tahun bakal berada di rentang RM 1.900 hingga RM 2.100 per ton. Adapun momentum jelang Ramadan yang umumnya bisa mendorong harga CPO naik, tahun ini dirasa belum cukup kuat.

"Biasanya jelang Ramadan harga mulai tinggi, karena ada pembelian untuk pasokan. Tapi dalam dua minggu terakhir kita lihat CPO justru tertekan," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×