kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pundi-pundi Summarecon Agung di rumah tapak baru


Jumat, 25 Mei 2018 / 08:40 WIB
Pundi-pundi Summarecon Agung di rumah tapak baru
ILUSTRASI.


Reporter: Michelle Clysia Sabandar | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) di awal tahun ini kurang memuaskan. Kuartal I-2018, pendapatan SMRA turun 2,44% year-on-year (yoy) menjadi Rp 1,20 triliun. Adapun laba bersihnya melorot 41,78% (yoy) jadi Rp 41,84 miliar.

SMRA bertekad memperbaiki kinerjanya pada tahun ini. SMRA telah meluncurkan beberapa proyek properti residensial di kawasan Serpong, Bekasi dan Bandung. Baru-baru ini, emiten yang sukses mengembangkan kawasan Kelapa Gading ini memulai pengembangan Summarecon Mutiara Makassar.

Analis Trimegah Securities Wisnu Budhiargo mengemukakan, pencapaian SMRA pada kuartal pertama bukanlah pencapaian yang buruk. Dia menilai penyusutan pendapatan SMRA sebesar 2,44% terbilang tipis.

Ia juga memproyeksikan, kuartal kedua tahun ini penjualan SMRA akan tetap stabil. Harga jual produk residensial yang ditawarkan SMRA juga masih terbilang terjangkau. Di sisi lain, properti SMRA berpeluang memberikan untung bagi para investor.

Analis NH Korindo, Michael Tjahjadi, dalam riset per 2 Mei 2018, menyebutkan, SMRA pada semester kedua tahun ini akan meluncurkan beberapa proyek residensial. Proyek ini diperkirakan berpusat di kawasan Serpong, Bekasi, dan Bandung. Emiten ini juga mulai mengembangkan Summarecon Mutiara Makassar, dengan meluncurkan 152 unit residensial dan komersial.

Ia juga berpendapat saat ini proyek SMRA masih diminati konsumen. Apalagi, harga jual properti SMRA semakin hari semakin meningkat. Emiten ini memiliki strategi yang cukup bagus untuk mendorong penjualannya.

Diskon harga properti menjadi strategi SMRA menarik minat pembeli. Alhasil, angka penjualan SMRA berpeluang semakin meningkat.

Meski demikian, Michael mencermati dalam tiga tahun ke depan SMRA akan menghadapi beban obligasi yang akan jatuh tempo, yakni senilai Rp 3,3 triliun. Mengingat posisi kas dan kinerja terakhir SMRA, Michael menilai ekspansi lahan yang disokong dana eksternal akan menghasilkan kinerja signifikan dalam jangka panjang.

Sementara Wisnu berpendapat, apabila aturan baru Bank Indonesia (BI) mengenai pelonggaran loan to value (LTV) kredit properti diterapkan, akan membawa dampak positif bagi SMRA. Aturan tersebut dinilai bisa memberikan kemudahan bagi konsumen untuk membeli properti yang berkualitas.

Wisnu merekomendasikan buy saham SMRA lantaran emiten ini masih memiliki potensi berkembang dan peluang yang cukup bagus di masa mendatang. Menurut dia, aset properti SMRA masih prospektif. Dia menargetkan harga SMRA Rp 1.270 per saham.

Sementara Michael merekomendasikan hold SMRA dengan target harga Rp 960 per saham. Analis Kresna Securities, Franky Rivan, juga merekomendasikan hold dengan target Rp 975 per saham.

Harga saham SMRA kemarin melonjak 10,49% menjadi Rp 895 per saham. Namun sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), harga SMRA masih menyusut 5,29%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×