Berita Bisnis

Saham Disuspen Karena Tak Cetak Pendapatan, Ini Janji Bumi Resources Minerals (BRMS)

Selasa, 02 April 2019 | 18:40 WIB
Saham Disuspen Karena Tak Cetak Pendapatan, Ini Janji Bumi Resources Minerals (BRMS)

Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), Selasa (2/4). Suspensi itu dilakukan lantaran BRMS tidak membukukan pendapatan pada kuartal keempat 2018.

Manajemen Bumi Resources Minerals mengaku telah bertemu dengan BEI terkait suspensi tersebut. Herwin Hidayat, Direktur dan Hubungan Investor Bumi Resources Minerals mengatakan, hingga proyek tambang beroperasi, perusahaan masih akan membukukan pendapatan dari sektor jasa tambang. Ia juga memastikan, proyek tambang emas di Palu, Sulawesi akan beroperasi tahun ini dan bakal menyumbang pendapatan di akhir tahun 2019. 

Herwin mengatakan, sejatinya, perusahaan sudah menandatangani perjanjian jasa konsultasi tambang pada kuartal empat 2018 lalu. Namun, pendapatan tersebut baru akan diterima dan dibukukan di kuartal I 2019. "Kami sudah menyampaikan ke BEI bahwa pendapatan ini akan dicatatkan dalam pembukuan kuartal I 2019," ujarnya saat dihubungi KONTAN, Selasa (2/4).

Dalam laporan keuangan tahun 2018, perusahaan milik Grup Bakrie ini memang hanya mencetak pendapatan sebesar US$ 1,18 juta. Angka ini sama dengan pendapatan hingga kuartal III 2018. Artinya, dari bulan Oktober hingga Desember 2018, belum ada pendapatan baru yang dibukukan. 

Pendapatan Bumi Resources Minerals selama tahun 2018 baru berasal dari jasa penasihat pertambangan yang dilakukan terhadap Bellridge Holdings Limited. Herwin bilang, sampai tambang emas di Palu beroperasi, pendapatan BRMS masih akan berasal dari sektor jasa tersebut.

"Pendapatan dari jasa konsultasi memang nilainya kecil. Tapi, dalam jangka panjang, kami akan mulai membukukan pendapatan dari jasa tambang, mulai dari emas, tembaga, seng. Akhir tahun ini pendapatan akan besar," ujarnya. 

Ia merinci, proyek tambang emas di Palu, Sulawesi dapat mulai berproduksi pada kuartal empat tahun ini. Produksi emas diharapkan mencapai 100.000 ton per tahun. "Artinya di kuartal keempat bisa memproduksi sekitar 25.000 ton," imbuh dia.

Target Bumi Resources Minerals berikutnya adalah memacu tambang emas Palu hingga memproduksi 180.000 ton bijih per tahun pada 2020. Kemudian target tahun 2022 menjadi 600.000 ton bijih. Proyek ini juga sudah mendapat izin konstruksi selama tiga tahun dan izin produksi selama 30 tahun dari pemerintah sejak November 2017.

Lalu, proyek tambang seng dan timah hitam di Dairi, Sumatera Utara akan mulai produksi pada semester pertama tahun 2021. Proyek ini digarap anak usahanya PT Dairi Prima Mineral. Sementara itu, proyek tambang tembaga di Gorontalo, Sulawesi yang digarap oleh PT Gorontalo Minerals, diharapkan dapat memulai produksi lebih awal dari perkiraan sebelumnya di tahun 2022.

Dairi Prima memiliki tambang seng dan timah di Kabupaten Dairi, Sumatra Utara. Berdasarkan catatan KONTAN, Dairi Prima memiliki total cadangan yang telah tersertifikasi berdasarkan Joint Ore Reserves Committee (JORC) sebesar 11 juta ton bijih.

Sumber dayanya mencapai 25 juta ton bijih dengan grade seng sekitar 11% dan grade timah hitam sekitar 7%. Jumlah cadangan dan sumber daya itu tersebar di tiga tambang, yakni di Anjing Hitam, Lae Jahe dan Basecamp.

Bumi Resources Minerals berharap, Dairi Prima bisa memulai produksi 250.000 ton bijih pada semester awal 2021. Target selanjutnya adalah produksi Dairi Prima naik menjadi 500.000 ton bijih pada tahun 2022.

Persiapan produksi di Dairi dan Gorontalo diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar US$ 380 juta. Dananya akan berasal dari pinjaman bank. 

Dengan ekspansi itu, Bumi Resources Minerals menjanjikan pendapatannya bisa jauh melampaui kinerja 2018. Sepanjang 2018, pendapatan BRMS merosot 76% menjadi sebesar US$ 1,18 juta. Meski begitu, kerugiannya mengecil 55% menjadi US$ 103,5 juta.

Perusahaan ini juga telah melunasi pinjaman Credit Suisse senilai US$ 106,98 juta September tahun lalu. Sumber dana berasal dari divestasi 51% saham Dairi Prima Mineral ke NFC China senilai US$ 198 juta.

Alhasil, beban keuangan BRMS pada 2018 turun 99% menjadi hanya US$ 44.798. Penurunan beban inilah yang turut membuat kerugian BRMS menciut. 

BRMS juga menyisakan sisa dana sekitar US$ 90 juta dari penjualan sebagian saham Dairi Prima Mineral. Sisa dana ini bakal dialokasikan untuk proyek tambang emas di Palu dan proyek seng di Dairi. 

Dengan seluruh ekspansi itu, Herwin berharap suspensi saham BRMS bisa segera dibuka. Sebelum disuspensi, saham BRMS masih nangkring di level Rp 50 per saham. 

Terbaru