kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra tekstil yang ramai di luar, sepi di dalam (2)


Senin, 25 Oktober 2010 / 11:19 WIB
Sentra tekstil yang ramai di luar, sepi di dalam (2)
ILUSTRASI. Bumi Resources Tbk BUMI


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Seperti halnya bisnis yang lain, omzet penjualan kain di sentra tekstil di Jalan Perniagaan, Medan, mengalami pasang surut. Bahkan, beberapa pedagang mengatakan, penjualan tekstil di tempat ini terus melesu. Sepertinya, pertumbuhan ekonomi nasional tak mampu menggairahkan aktivitas jual beli di sentra ini.

Jika berkunjung ke sentra penjualan tekstil di Jalan Perniagaan, Medan, mungkin Anda akan mengira bahwa penjualan di sentra ini sangat laris. Apalagi melihat jumlah pembeli yang membludak, ditandai dengan ramainya area parkir di dalam dan luar sentra ini. Selain itu, ratusan orang hilir-mudik di sekitar area sentra ini, yang makin menguatkan anggapan tersebut.

Namun, ternyata penjualannya tidak berbanding lurus dengan pemandangan itu. Menurut pengakuan para pedagang, total penjualan yang mereka raup cenderung terus turun. Mereka sepakat mengatakan bahwa sentra ini sedang menghadapi kelesuan penjualan.

Ramli Nasry, pemilik toko Era Gordyn yang membuka usahanya sejak tahun 1987, mengatakan, penjualannya mengalami penurunan yang signifikan dalam lima tahun terakhir. "Tren penurunan bukan hanya untuk satu jenis produk tekstil, tapi hampir semuanya turun," imbuh dia.

Penurunan yang terjadi cukup signifikan sehingga menggerus omzetnya sampai 50%. "Penjualan gorden maupun seprai mengalami penurunan yang sama," tambahnya. Padahal, selama ini harga jualan gorden dan seprai itu tidak terlalu mahal.

Jika sebelum tren penurunan penjualan terjadi omzetnya bisa mencapai Rp 40 juta per bulan, maka kini Ramli hanya bisa mengantongi omzet rata-rata Rp 20 juta tiap bulan. Peningkatan penjualan hanya dia nikmati saat hari-hari besar, seperti Lebaran. Itupun peningkatannya tak besar.

Nasib serupa menimpa Maria, pemilik kios Jeanny Textile. Ia tidak mengetahui pasti mengapa dari tahun ke tahun penjualannya terus menurun. Ia menduga, salah satu penyebab penurunan ini adalah mulai enggannya masyarakat membeli bahan kain. "Umumnya orang lebih senang membeli pakaian jadi," ungkapnya.

Walaupun begitu, Maria enggan menyebutkan berapa besar penurunan omzet yang dia alami. Yang jelas, saat ini omzet penjualannya hanya berada di bawah Rp 10 juta tiap bulan. Suasana sentra yang ramai, lanjut dia, sama sekali tidak berpengaruh pada tingkat penjualan. Dus, selama ini dia hanya mengandalkan pelanggan setia.

Jeanny Textile milik Maria menyediakan beraneka macam bahan kain yang harganya antara Rp 10.000 sampai Rp 300.000 per meter. Menurut Maria, harga tersebut cukup wajar dan bersaing. Apalagi kain jualannya berkualitas ekspor.

Kelesuan penjualan itu membuat Maria tidak bisa terlalu berharap banyak dalam menetapkan target penjualan. Saat ini yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana bisa balik modal dan menikmati keuntungan, meski untungnya itu tipis.

Kesedihan juga terpancar di wajah Devi, pengelola kios Indah Jaya di sentra yang sama. Ia mengatakan, sejak bekerja di kios seprai dan gorden tersebut 11 tahun silam, periode penjualan terburuknya terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Tak hanya kiosnya, hampir semua kios di sentra ini mengalami penurunan penjualan walau jumlahnya berbeda-beda.

Omzet di kios Indah Jaya belakangan ini tak pernah menembus Rp 10 juta tiap bulan. Padahal, di masa awal, pendapatan Indah Jaya bisa mencapai Rp 15 juta-Rp 20 juta saban bulannya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×