kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak saham margin dan short sell periode April 2018


Rabu, 04 April 2018 / 18:29 WIB
Simak saham margin dan short sell periode April 2018
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menempatkan 10 saham dalam daftar efek margin dan tujuh saham dalam daftar short sell pada April 2018.

Saham margin adalah saham yang boleh ditransaksikan menggunakan fasilitas margin yang disediakan perusahaan sekuritas. Ini memungkinkan nasabah membeli saham beberapa kali lipat dari jumlah dana yang tersedia.

Sementara, short sell artinya saham yang memperbolehkan investor meminjam dana (on margin) untuk menjual saham (yang belum dimiliki) pada harga tinggi, dengan harapan akan membeli kembali dan mengembalikan pinjaman saham kepada sekuritas pada saat saham turun.

Sepuluh saham yang masuk dalam daftar efek margin, yaitu:

1. PT Acset Indonesia Tbk (ACST)
2. PT Astra Graphia Tbk (ASGR)
3. PT Astra Otopart Tbk (AUTO)
4. PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME)
5. PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS)
6. PT Kirana Megatara Tbk (KMTR)
7. PT Metrodata Electronics (MTDL)
8. PT PP Presisi Tbk (PPRE)
9. PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI)
10. PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE)

Sedangkan, tujuh emiten yang masuk dalam daftar short sell yaitu:

1. PT Acset Indonesia Tbk (ACST)
2. PT Astra Graphia Tbk (ASGR)
3. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
4. PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME)
5. PT Metrodata Electronics (MTDL)
6. PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT)
7. PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE)

Analis Paramitra Alfa Sekuritas, William Siregar menilai, emiten yang masuk dalam daftar margin merupakan emiten yang diekspektasi berkembang di masa mendatang. Sebab, efek margin digunakan perusahaan sekuritas untuk memberikan pinjaman kepada investor untuk diinvestasikan ke perusahaan yang memiliki potensi.

Namun, menurutnya, saham-saham yang masuk daftar efek margin saat ini tidak sepenuhnya bisa dikatakan fundamentalnya bagus atau GCG-nya bagus. Ia justru melihat yang masuk daftar ini lebih berhubungan dengan faktor likuiditas dan prospek bisnisnya ke depan.

William merekomendasikan investor untuk wait and see dulu, sebab dari emiten yang masuk efek margin, ia tidak melihat ada emiten yang benar-benar memiliki fundamental bisnis atau prospek bisnis yang bagus. Meski demikian, dari 10 saham yang masuk daftar efek margin, menurutnya yang paling masuk akal untuk dilirik berdasarkan prospek bisnis adalah ASGR.

Pasalnya, ASGR merupakan perusahaan yang salah satu bisnis intinya mencakup jasa percetakan digital, yang notabene produknya kemungkinan bakal laris tahun ini. Sebab pada 2018, ada beberapa event yang pasti akan membutuhkan banyak produknya, seperti Asian Games dan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Pertumbuhan bisnisnya mungkin akan berlanjut hingga 2019, menyongsong Pemilu 2019.

"Dari kondisi market yang banyak tekanan seperti sekarang, menggunakan efek margin cukup berisiko bagi investor. Tapi, kalau arahnya mid-long term, untuk investasi ya mungkin ASGR cukup menarik, karena prospek bisnisnya sampai 2019 cukup bagus," kata William.

Sementara, untuk daftar efek short sell, menurut William sedikit ambigu karena beberapa saham di efek margin masuk juga di short sell. "Inilah salah satu alasan mengapa saya memberi rekomendasi wait and see untuk pelaku pasar," ujarnya.

William berpendapat, dari tujuh saham tersebut, yang memungkinkan untuk dijadikan short sell adalah APLN. Sebab, secara sentimen, APLN merupakan emiten yang sedang dipenuhi sentimen negatif, misalnya soal reklamasi. Jika investor "bermain" short sell saham APLN, kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan.

Vice President Research Artha Sekuritas, Frederik Rasali mengatakan, saham-saham yang masuk daftar short sell ini lebih terfokus pada volume dan nilai transaksi. Secara fundamental hanya tertulis PER tidak lebih 3x dari PER market dan PBV tidak lebih dari 3x PBV market.

"Daftarnya cukup banyak sehingga tidak bisa menilai satu per satu. Short selling dapat mengubah likuiditas, baik makin likuid maupun tidak dan dampaknya lebih ke trading daripada investasi," ujarnya.

Frederik merekomendasikan netral untuk saham-saham dalam efek margin maupun short sell. "Saya belum dapat merekomendasikan apa-apa saat ini karena tidak ada keputusan rekomendasi saham berdasarkan dapat dilakukan short sell atau tidak," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×