kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.502   1,00   0,01%
  • IDX 7.572   87,33   1,17%
  • KOMPAS100 1.065   16,20   1,54%
  • LQ45 803   12,66   1,60%
  • ISSI 257   3,35   1,32%
  • IDX30 415   6,27   1,53%
  • IDXHIDIV20 471   5,41   1,16%
  • IDX80 120   1,76   1,48%
  • IDXV30 123   0,31   0,25%
  • IDXQ30 132   1,61   1,24%

SKK Migas Sebut Shell dan ExxonMobil Masih Kaji Investasi Hulu Migas di Indonesia


Kamis, 31 Juli 2025 / 17:01 WIB
SKK Migas Sebut Shell dan ExxonMobil Masih Kaji Investasi Hulu Migas di Indonesia
ILUSTRASI. TRIBUNNEWS/HERUDIN. SKK Migas mengungkapkan Shell dan ExxonMobil, masih berada dalam tahap awal evaluasi untuk investasi di sektor hulu RI.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengungkapkan dua perusahaan migas global, Shell dan ExxonMobil, masih berada dalam tahap awal evaluasi untuk menanamkan investasi di sektor hulu migas Indonesia.

Kepala Divisi Prospektivitas Migas & Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas, Asnidar menjelaskan, Shell hingga saat ini belum menentukan secara pasti wilayah kerja (WK) yang menjadi minat investasinya.

"Shell masih melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan investasi di upstream oil and gas di Indonesia, namun belum menetapkan area of interest yang pasti," kata Asnidar kepada Kontan, Kamis (31/7).

Sementara itu, ExxonMobil Indonesia juga belum mengunci keputusan investasinya. Asnidar menyebut, perusahaan asal Amerika Serikat itu masih menjalankan studi geologi dan geofisika (G&G), serta melakukan akuisisi data atau survei tambahan untuk memperkuat dasar pengambilan keputusan investasi.

Baca Juga: Penjualan Offline Masih Dominan, Infinix Gandeng Digiplus

Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan rencana investasi besar dari dua raksasa migas dunia, Shell dan ExxonMobil, untuk pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Utilization and Storage/CCUS) di wilayah Tangguh, Papua Barat. Investasi yang disiapkan masing-masing perusahaan diperkirakan mencapai US$ 10 miliar hingga US$ 15 miliar.

Airlangga menuturkan, proyek CCUS ini menjadi bagian dari strategi dekarbonisasi sektor energi untuk mendukung target net zero emission Indonesia.

"Beberapa program sudah dipersiapkan oleh beberapa investor di oil and gas antara lain ExxonMobil dan Shell di Tangguh, di BP Tangguh. Sehingga dengan investasi yang besarnya masing-masing sekitar 10 sampai 15 miliar dolar ini maka tentunya batubara bisa ditarik karbonnya terutama dengan teknologi tinggi," kata Airlangga dalam Mining Forum dalam siaran YouTube, Kamis (31/7).

Airlangga menambahkan, teknologi CCUS ke depan juga bisa dikombinasikan dengan pembakaran amonia maupun hidrogen. Hal ini membuka peluang pemanfaatan clean coal technology secara berkelanjutan.

"Oleh karena itu inovasi menjadi sangat penting dan kita tidak boleh ketinggalan daripada perkembangan negara lain. Negara seperti Jepang dan Australia sudah mengembangkan teknologi ini dan Indonesia seharusnya dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa mengembangkan," jelas Airlangga.

Menurut Airlangga, CCUS juga dinilai potensial untuk mendukung peningkatan produksi gas bumi melalui mekanisme enhanced gas recovery (EGR).

Adapun, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Rikky Rahmat Firdaus, menyampaikan bahwa Shell telah membeli data seismik senilai US$ 30.000 dari Migas Data Repository (MDR) sebagai bagian dari studi awal terhadap sejumlah wilayah kerja potensial.

"Pak Kepala (SKK Migas) memerintahkan kami untuk mengundang Shell ke Indonesia di acara gelaran IPA Indonesia Petroleum Association. Kami undang, beliau hadir dan beliau menyampaikan secara verbali ketertarikan untuk masuk kembali ke Indonesia. Dan ini dibuktikan dengan Shell membeli data melalui Migas Data Repository (MDR)," kata Rikky ditemui usai konferensi pers kinerja hulu migas semester I-2025 di Jakarta, Senin (21/7).

Data seismik yang dibeli Shell akan digunakan sebagai dasar penjajakan awal, termasuk kemungkinan untuk melakukan studi bersama Kementerian ESDM.

Baca Juga: Saham MDKA Ditutup Menurun 7,45% Selasa (31/7), Nilai Transaksi Capai Rp232,10 Miliar

Selanjutnya: Naik 10,77%, Kimia Farma (KAEF) Bukukan Laba Rp 2,02 Triliun di Semester I 2025

Menarik Dibaca: Master Bagasi Permudah Pembayaran Global Lewat Fitur Pilihan 23 Mata Uang Asing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×