Berita Bisnis

Tahun 2019 Superkrane Patok Target Pertumbuhan Pendapatan 20%

Kamis, 04 April 2019 | 09:01 WIB
Tahun 2019 Superkrane Patok Target Pertumbuhan Pendapatan 20%

Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan penyewaan krane, PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN), memproyeksikan pendapatan pada tahun ini tumbuh 20% year on year (yoy) menjadi Rp 672,92 miliar. Di sepanjang tahun lalu, emiten tersebut membukukan pendapatan senilai Rp 560,77 miliar.

Manajemen Superkrane menilai, kondisi bisnis krane pada tahun ini akan sesuai dengan target dan berpotensi terus mengembang. "Kebutuhan terhadap krane cukup stabil dan ada peningkatan sedikit," ungkap Eddy Gunawan, Corporate Secretary PT Superkrane Mitra Utama Tbk, kepada KONTAN, Rabu (3/4).

Aktivitas bisnis penyewaan krane berlanjut seperti biasa sejalan dengan berbagai proyek yang terus berlangsung. Oleh karena itu, usai melangsungkan aksi initial public offering (IPO) di BEI pada tahun lalu, manajemen SKRN terus menambah unit krane dan alat berat lainnya.

Mengacu laporan pembelian aset SKRN di sepanjang 2018, tercatat dana yang digunakan mencapai Rp 104,71 miliar atau 51,27% dari hasil dana IPO. Perinciannya, pembelian sebanyak 24 unit krane dan alat berat, yang didominasi pembelian jenis terrain crane merek KATO dengan tipe 70 ton.

Sepanjang tahun lalu, segmen usaha sewa krane mendominasi pendapatan Superkrane, yakni Rp 519 miliar atau 92% dari total pendapatan. Jumlah tersebut tumbuh 36% year on year (yoy). Namun pendapatan di segmen usaha jasa konstruksi menurun 59% (yoy) menjadi Rp 41 miliar pada tahun lalu. Pada tahun 2017, Superkrane berhasil meraup Rp 100 miliar.

Dari segi pelanggan, PT Freeport Indonesia masih menjadi penyumbang terbesar sewa krane SKRN di tahun 2018 yakni Rp 93 miliar atau 16% dari total pendapatan. Realisasi itu tumbuh 32% dibandingkan tahun 2017.

Sementara penyumbang kedua terbesar adalah perusahaan pelat merah, PT Adhi Karya Tbk. Kontrak perusahaan ini berkontribusi Rp 79 miliar atau 14% dari total pendapatan Superkrane.

Namun, pencapaian pendapatan belum mampu menopang laba bersih SKRN. "Laba bersih kami turun drastis. Oleh karena itu, pada tahun ini kami harus bekerja lebih keras lagi," terang Eddy.

Sepanjang tahun lalu, pendapatan bersih Superkrane mencapai Rp 560 miliar, tumbuh 16% dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya senilai Rp 480 miliar. Pada pos beban pokok penjualan terjadi peningkatan 18% dari Rp 307 miliar pada 2017 menjadi Rp 363 miliar di 2018.

Kemudian laba kotor SKRN tercatat mencapai Rp 197 miliar, atau masih tumbuh 14% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, pos pendapatan lainnya yang berasal dari usaha sewa alat berat, kapal dan lainnya terjadi penurunan 33% (yoy) menjadi Rp 56 miliar.

Belum lagi SKRN harus menanggung kenaikan beban pajak penghasilan lebih dari dua kali lipat, dari sebelumnya hanya Rp 21 miliar pada 2017 menjadi Rp 58 miliar di sepanjang tahun 2018.

Alhasil, laba bersih emiten penyewa krane dan jasa konstruksi ini harus menyusut 33% menjadi Rp 63 miliar. Pada tahun 2017, kinerja bottom line Superkrane mencapai Rp 94 miliar.

Terbaru