kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak mau kalah, Pegadaian akan berkolaborasi dan kembangkan layanan berbasis fintech


Minggu, 28 April 2019 / 16:31 WIB
Tak mau kalah, Pegadaian akan berkolaborasi dan kembangkan layanan berbasis fintech


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pegadaian (Persero) melakukan transformasi untuk menghadapi persaingan di dunia digital, khususnya perkembangan industri fintech yang kian marak. Maka untuk bertahan, perusahaan gadai ini melakukan kolaborasi dan mengembangkan layanan berbasis fintech lending.

Tahun ini Pegadaian akan berkolaborasi dengan lima hingga enam fintech lending baik di segmen konsumer maupun produktif. Melalui kerjasama ini Pegadaian berperan sebagai lender, yakni perusahaan yang memberikan pinjaman kepada debitur di platform fintech.

Direktur Teknologi Informasi dan Digital Pegadaian Teguh Wahyono menargetkan penyaluran kredit sebesar Rp 1 triliun di fintech tersebut. Ia mengharapkan kolaborasi tersebut bisa meningkatkan bisnis pembiayaan sebesar 5%-6% di tahun ini.

“Tapi untuk lima tahun ke depan, kami menargetkan penyaluran pembiayaan melalui fintech sebesar Rp 10 triliun di 2023,” kata Teguh ketika ditemui Kontan.co.id, Minggu (28/4).

Dari fintech tersebut, ada dua pemain sudah siap diajak kerjasama. Namun hingga saat ini Pegadaian masih menunggu restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memuluskan kerjasama tersebut. Menurutnya otoritas masih mengevaluasinya karena mempelajari dari aspek bisnis dan kepentingan institusi baik dari sisi fintech, Pegadaian maupun masyarakat.

Sementara untuk layanan berbasis fintech, Pegadaian masih mengembangkan infrastruktur dari sistem analisis data untuk penilaian kredit nasabah (credit scoring). Sistem ini diperlukan untuk menyeleksi nasabah yang layak diberikan pinjaman.

Meski layanan fintech telah menjamur, Pegadaian mengklaim layanan fintech-nya berbeda dari yang lain. Karena mempunyai sistem penetapan harga (pricing) dan penagihan kredit yang lebih baik.

Pegadaian saat ini sudah memasuki usia 118 tahun. Dengan usianya yang tidak muda lagi maka Pegadaian perlu melakukan transformasi untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan fintech. Teguh menegaskan jika Pegadaian tidak melakukan perubahan maka akan ditinggalkan nasabahnya.

“Perusahaan yang tidak melakukan perubahan akan mati. Disrupsi itu bisa datang dari mana saja dan yang paling menantang adalah kedatangan fintech. Maka untuk merespon itu kami mengajak kerjasama dan meningkatkan bisnis kami,” jelas Teguh.

Awalnya Pegadaian melakukan meriset mengenai apa yang dibutuhkan para nasabah. Ternyata mereka membutuhkan layanan digital yang bisa diakses dengan mudah, cepat dan efisien. Namun yang menjadi tantangan, bahwa 80% nasabah pegadaian merupakan nasabah konvensional.

Menghadapi hal itu, perusahaan pelat merah ini meluncurkan berbagai layanan dan produk baru seperti Gadai on Demand (pick up & delivery) kerjasama dengan ojek online ditunjukkan bagi nasabah yang tidak sempat datang ke Pegadaian, Gadai Efek (saham), Gold Card (titipan emas), dan G-Cash semacam virtual account. Sebelumnya juga perusahaan telah meluncurkan produk jual beli emas melalui marketplace seperti Tokopedia.

“Mengapa kami melakukan digitalisasi karena kami ingin meningkatkan akurasi, pelayanan sehingga biaya operasional perusahaan lebih murah,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×