kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tarif KRL Commuter Line turun 50%


Rabu, 19 Juni 2013 / 08:52 WIB
Tarif KRL Commuter Line turun 50%
ILUSTRASI. Seorang warga mendorong pasien RSCM melintasi Kantor Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman di Jakarta, Senin (3/1/2022). Pemerintah melebur LBM Eijkman?yang telah beroperasi selama 33 tahun ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).


Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Ada kabar gembira bagi pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line di Jakarta–Bogor–Depok–Tangerang–Bekasi (Jabodetabek). Tarif KRL, mulai 1 Juli 2013 mendatang, akan turun sekitar 50% dari tarif yang berlaku saat ini.

Pemangkasan tarif itu efektif bersamaan dengan penerapan tarif progresif. Asal tahu saja, dengan tarif progresif, akan berlaku sistem tiket elektronik alias e-ticketing. Saat ini sistem tersebut juga sudah mulai diujicobakan.

Rencananya, dengan sistem e-ticketing dan tarif progresif, biaya perjalanan per penumpang akan dihitung berdasarkan jumlah stasiun yang dilalui. Untuk lima stasiun awal, PT Kereta Api (KAI) akan mengenakan tarif Rp 3.000 per orang. Lalu tiga stasiun selanjutnya ditambah sebesar Rp 1.000. 

Nah, mulai 1 Juli, tarifnya akan turun. Tiap lima stasiun awal hanya kena tarif Rp 2.000 dan tiga stasiun selanjutnya Rp 500. Adapun tarif rute yang melewati lebih dari delapan stasiun, misalnya rute Jakarta Kota–Bogor, turun dari Rp 9.000 menjadi Rp 5.000.

Kepala Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Muhartono menjelaskan, pengurangan tarif KRL merupakan subsidi dari kas negara. "Penurunan ini bukan kebijakan khusus PT KAI. PT KAI tetap mendapat pembayaran Rp 9.000 per karcis untuk rute Jakarta Kota–Bogor," terang Muhartono, Selasa (18/6).

Sebenarnya, setiap tahun PT KAI mendapatkan dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk kewajiban menjalankan pelayanan umum atau public service obligation (PSO). Baik di APBN 2013 maupun APBN Perubahan 2013 yang baru saja disetujui DPR, Senin (17/6), angka subsidi PSO PT KAI mencapai Rp 704,78 miliar. Seharusnya, penggunaan dana PSO berlaku sejak awal tahun. Namun, karena anggaran baru cair, penyesuaian tiket baru bisa berlangsung mulai 1 Juli 2013.

Penumpang meningkat

Muhartono meyakini, dengan semakin murahnya tarif KRL, masyarakat bakal kian tertarik menggunakan jasanya. Hal ini diharapkan mendorong pemindahan penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi massal seperti KRL Commuter Line. Hal itu juga bisa mengurangi kemacetan yang melanda Jakarta dan sekitarnya.

Kepala Humas PT KAI Daerah Operasional I Jakarta, Sukendar Mulya pun sependapat, setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tinggal beberapa hari lagi, banyak masyarakat yang bakal memilih KRL Commuter Line sebagai alat transportasi. "Harga BBM naik dan tarif kereta turun, akan ada migrasi penumpang ke kereta api," ujar Sukendar.

PT KAI sudah siap mengantisipasi lonjakan penumpang ini. Meskipun mulai Agustus 2013 PT KAI akan menyetop operasional KRL ekonomi non AC, ia optimistis jumlah KRL Commuter Line sudah mencukupi untuk menampung penumpang.

Kini, rata-rata jumlah penumpang kereta api di Jabodetabek 500.000 orang per hari. Setelah harga BBM naik, PT KAI meramal penumpang naik jadi 700.000 orang per hari. Jumlah penumpang ini masih bisa terangkut oleh 575 set kereta api di Daop I. KAI akan menambah satu set kereta api di 2014 karena jumlah penumpang akan melonjak jadi 1,2 juta orang sehari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×