kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren digitalisasi mendongkrak upah pekerja TI


Kamis, 23 November 2017 / 10:32 WIB
Tren digitalisasi mendongkrak upah pekerja TI


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren digitalisasi di beragam sektor industri akan pengaruhi perusahaan dalam merekrut pekerja terampil (skilled labour) tahun depan.

Robert Walters, perusahaan konsultan rekrutmen global dalam laporan bertajuk Salary Survey 2018 menyebutkan, kebutuhan akan tenaga terampil bidang teknologi makin banyak. Penyebabnya kata Rob Bryson, Country Manager Robert Walters Indonesia, lantaran perusahaan kini makin bergantung terhadap data statistik dan analisis data untuk mengambil keputusan-keputusan strategis.

"Tren digitalisasi memacu banyak bisnis menciptakan platform online guna meningkatkan daya saing dan memperlebar jangkauan terhadap konsumen," kata Rob saat paparan hasil surveinya, Rabu (22/11).

Di sektor teknologi, Rob memperkirakan, permintaan pekerja teknologi kreatif serta data scientist dengan kemampuan mengolah big data akan terus meningkat.

Dia menambahkan, lantaran permintaan yang tinggi, para pekerja di sektor teknologi bisa mendapat kenaikan gaji hingga 40% saat berpindah perusahaan.

Selain sektor teknologi, beberapa sektor lain yang diprediksi akan menyerap banyak tenaga kerja terampil tahun depan adalah financial technology (fintech), dan logistik. Pekerja yang bergelut pada bidang-bidang ini yang berpindah perusahaan pada tahun depan akan mendapat kenaikan gaji rata-rata sekitar 35%.

Sementara itu, tenaga kerja profesional di bidang akuntansi dan keuangan (finance) diperkirakan akan mendapat kenaikan gaji sekitar 30% jika berpindah ke perusahaan baru pada tahun depan.

Karina Saridewi, Manager Accounting and Finance Division Robert Walters bilang, meski kebutuhan pekerja terampil, namun masih ada kesenjangan antara kebutuhan dan ketersedian pekerja terampil. "Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan diperkirakan bisa mencapai 56% hingga 2020," jelasnya

Menurut Karina, ada beberapa faktor penyebab kesenjangan ini, mulai dari sistem pendidikan hingga masih banyaknya pekerja tak terampil (unskilled labour) yang dominasi pasar kerja. "Karena minimnya ketersediaan, perusahaan berani bayar mahal. Di perbankan misalnya, pekerja level menengah dengan pengalaman kerja lima tahun bisa digaji Rp 15 juta hingga Rp 20 juta," sambung Karina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×