kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usaha briket arang batok kelapa masih menjanjikan (Bagian 2)


Jumat, 31 Mei 2019 / 13:30 WIB
Usaha briket arang batok kelapa masih menjanjikan (Bagian 2)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kualitas briket arang batok kelapa asal Indonesia punya banyak penggemar di luar negeri. Lantaran kalori yang briket ini hasilkan mempercepat pemanasan, juga tidak menimbulkan debu dan kotoran. Sehingga, ramah lingkungan.

Kondisi ini membuat pelaku usaha briket arang kelapa yang kebanyakan berstatus industri kecil dan menengah (IKM) jadi sumringah. Order kerap kali mampir ke mereka.

Namun, setahun terakhir, situasinya berubah. Importir yang tadinya banyak menjadi mitra bisnis para pembuat briket arang kelapa lokal mengubah haluan. Untuk bisa mendapatkan keuntungan yang optimal, para importir justru membangun pabrik briket arang batok kepala di Indonesia.

Alhasil, pelaku usaha briket arang kelapa dalam negeri tidak lagi optimal mendapat permintaan dari para importir, yang banyak beralih menjadi produsen produk tersebut. "Ini membuat order yang biasa didapatkan pabrik briket arang kelapa lokal jadi berkurang," ungkap Djarot Iriyanto, pengusaha briket arang batok kelapa asal Blora, Jawa Tengah ke KONTAN.

Memang, pasar utama para pelaku usaha briket arang kelapa lokal yang mulai berkiprah di bisnis tersebut sejak 2010 lalu adalah pasar dalam negeri. Hanya sekarang, mereka mesti bersaing ketat untuk mendapatkan pasar lokal lantaran pasar ekspor makin sempit.

Persaingan yang sengit ini membuat Djarot terpaksa menurunkan harga jual briket arang batok kelapa buatannya menjadi US$ 950 per ton. Padahal, harga di pasar global bisa menembus US$ 1.300 per ton untuk briket dengan kualitas super.

Meski begitu, saban bulan Djarot masih sanggup menjual sekitar 20 ton sampai 50 ton briket arang batok kelapa. Hasil tersebut tidak terlepas dari upaya yang ia lakukan untuk bisa menjangkau pembeli yang lebih luas, termasuk pasar luar negeri. Dia memanfaatkan teknologi digital untuk proses pemasaran produknya. Yakni, lewat media sosial, seperti Instagram, Facebook, YouTube, serta marketplace Alibaba.

Yogi Abimanyu, Ketua Umum Perhimpunan Pengusaha Arang Kelapa Indonesia (Perpaki), prihatin dengan kondisi saat ini. Sebab, kehadiran pemain asing di bisnis produksi briket arang batok kelapa di Indonesia justru bisa mematikan pebisnis dalam negeri.

Soalnya, pemain lokal yang berkecimpung di bisnis ini kebanyakan berskala kecil dan menengah. Sudah begitu, proses pembuatan briket arang batok kelapa relatif mudah dan tidak memerlukan modal yang besar. "Industri ini juga bisa dikerjakan industri rumahtangga dan oleh unskill labour," ungkap Yogi.

Maka, Yogi berharap, pemerintah bisa turun tangan. Caranya, dengan memasukkan industri briket arang kelapa ke dalam daftar negatif investasi (DNI).

Selain ini, Yogi menambahkan, asosiasi tengah dalam proses penjajakan membuka gudang khusus briket batok kelapa di Eropa pada akhir tahun ini. Tujuannya adalah, untuk menampung briket batok kelapa dari para pengusaha Indonesia untuk dipasarkan ke negara-negara yang ada di Benua Biru.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×