kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,80   -12,69   -1.37%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar fesyen Indonesia semenarik Singapura


Senin, 30 Mei 2016 / 21:38 WIB
Pasar fesyen Indonesia semenarik Singapura


Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Director, Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus mengatakan, Indonesia merupakan pasar fesyen paling potensial di kawasan Asia Tenggara. Khususnya untuk brand yang menyasar kelas menengah ke atas.

“Di antara negara ASEAN, Indonesia paling besar secara volume penjualan. Kecuali segmen luxury yang masih dipegang Singapura,” kata Anton kepada KONTAN, Minggu (29/5).

Menurut Anton, merek internasional mengejar kelas middle up atau affordable luxury (sedikit di bawah luxury) di Indonesia.

“Seperti brand Hermes yang high-end. Mereka memandang pasar Indonesia prospektif tapi bukan pasar utama karena jumlah pembelinya di sini terbatas. Berbeda dengan brand kelas middle up seperti Zara, Mango, Uniqlo, dan H&M yang mengangap Indonesia sebagai pasar utama,” papar dia.

Daya tarik Indonesia, lanjut Anton, terletak pada populasi yang besar, pertumbuhan kelas, dan pengeluaran pendapatan tinggi. Selain itu, mereka juga memlihat tren gaya hidup masyarakat Indonesia yang gemar berbelanja.

“Orang Indonesia sudah dicap sebagai orang-orang konsumtif. Itu juga yang mendorong mereka datang ke sini,” ujar Anton.

Menurut Anton, merek asing yang hijrah ke Indonesia dari Singapura bukan karena pemain ritel di sana sudah terlalu banyak. Seperti di Hong Kong, peritel fashion menjamur namun tetap tumbuh karena pasarnya memang besar.

“Di ritel, pemain yang banyak tidak menjadi masalah. Kompetisi memang ketat tapi mereka tetap bisa bertahan. Kalau mereka pindah, lebih karena segmennya memang lebih cocok di Indonesia,” jelas dia.

Salah satu peritel fashion PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) memandang lumrah persaingan dengan peritel Singapura. “Persaingan brand akan selalu ada. Tapi kami tidak khawatir kalau brandnya kuat, sudah ada positioningnya sendiri,” ujar Fetty Kwartati, Sekretaris Perusahaan PT Mitra Adiperkasa Tbk kepada KONTAN, Minggu (29/5).

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Roy Nicolas Mandey melihat sejumlah hal yang menjadikan pasar Indonesia menarik. Pertama, populasi Indonesia yang besar. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Ketiga, pangsa pasar dengan status ekonomi B dan B+ yang menguasai 60% populasi. "Berbeda dengan pasar Singapura yang sudah stuck karena status ekonomi mereka A dan B+," kata Roy kepada KONTAN, Minggu (29/5).

Keempat, peritel asing melihat pemerintah yang mulai melakukan deregulasi. Seperti soal aturan daftar negatif investasi (DNI) yang sekarang dibuka 67% untuk department store ukuran 400 m2-2.000 m2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×