kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tingkatkan produksi, 1,82 juta sapi menerima inseminasi buatan hingga Mei


Selasa, 29 Mei 2018 / 14:07 WIB
Tingkatkan produksi, 1,82 juta sapi menerima inseminasi buatan hingga Mei
ILUSTRASI. Peternakan sapi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) terus berupaya meningkatkan produksi sapi dalam negeri. Salah satunya adalah melalui Upsus Siwab (Upaya Khusus sapi Indukan wajib Bunting).

Hingga 28 Mei tahun ini, capaian inseminasi buatan (IB) sebesar 1,82 juta ekor sapi. Angka ini darti target akseptor sebanyak 3 juta ekor di tahun ini.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Sugiono menjelaskan, di tahun ini sapi yang sudah bunting sebanyak 717.398 ekor dan angka kelahiran sebanyak 380.523 ekor. Meski begitu, Sugiono menjelaskan bahwa angka kebuntingan hingga Mei tersebut merupakan hasil IB dari Januari sampai Maret yakni sebabnyak 1.087.623 ekor.

"Kebuntingan sapi baru bisa ditentukan paling cepat dua bulan setelah IB, sementara angka kelahiran adalah dari tahun tahun 2017," ujar Sugiono kepada Kontan.co.id, Senin (28/5).

Sugiono pun menjelaskan, waktu kelahiran dari sapi-sapi yang diiseminasi tahun ini tergantung waktu IB. Pasalnya, waktu kebuntingan 9 bulan. "Jadi yang diinseminasi tahun ini, ada yang lahir di akhir tahun," jelas Sugiono.

Sugiono menerangkan, masih ada kendala-kendala yang dihadapi dalam menjalankan program upsus siwab ini. Namun, kendala-kendala tersebut masih dapat dihadapi. Pasalnya, menurut Sugiono pelaksanaan IB ini sudah dilakukan sejak dulu, namun program Upsus Siwab baru dilakukan dua tahun terakhir.

"Sistem IB sudah lama kegiatannya, cuma sekarang lebih ditertibkan, IBnya juga gratis dan sarana prasarananya disediakan pemerintah. Jadi tidak ada kendala yang berarti," terang Sugiono.

Tak hanya itu, menurut Sugiono respon peternak pun cukup baik. Hal ini dikarenakan peternakan di Indonesia masih bersifat peternakan rakyat sehingga IB masih dibutuhkan. Hal ini dikarenakan memelihara pejantan juga sulit untuk diterapkan.

Program upsus siwab ini dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia. Sugiono mengatakan program upsus siwab ini lebih banyak dilakukan di wilayah Jawa karena sistem pemeliharaannya dilakukan secara intensif. "Budayanya memang begitu, kalau di luar Jawa banyak sapi yang pemerliharannya ekstensif sehingga lebih sulit di-IB," tutur Sugiono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×