kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45936,50   8,15   0.88%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dicoret AS, ekspor rumput laut tetap naik 20,88%


Kamis, 07 September 2017 / 17:23 WIB
Dicoret AS, ekspor rumput laut tetap naik 20,88%


Reporter: Abdul Basith | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - Kendati sedang dalam proses dikeluarkan sebagai daftar makanan sehat di Amerika, ekspor rumput laut Indonesia tetap meningkat.

"Tren ekspor tetap naik karena permintaan industri dari luar besar," ujar Arman Arfah, Ketua Asosiasi Petani dan Pengelola Rumput Laut Indonesia (ASPPERLI) kepada KONTAN, Kamis (7/9).

Arman bilang, pencabutan tersebut tidak berpengaruh kepada ekspor Indonesia. Kebutuhan industri luar negeri menurut Amran sebesar 200.000 ton per tahun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada periode Januari hingga Juli 2017 nilai ekspor rumput laut Indonesia mengalami peningkatan sebesar 20,88% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Pada periode Januari hingga Juli tahun 2017, nilai ekspor rumput laut Indonesia sebesar US$ 69,9 juta. Sementara pada periode yang sama di tahun 2016 nilai ekspor rumput laut Indonesia sebesar US$ 57,6 juta.

Harga pun dinilai Arman saat ini berada pada angka yang bagus. Pergerakan angka juga disampaikan Arman sebagai bentukan dari tren pasar. Meningkatnya harga seiring dengan meningkatnya permintaan bahan baku dari industri luar.

Harga rumput laut jenis katonik dijual Rp 12.000 per kilogram (kg). Sementara rumput laut berjenis flares dijual dengan harga Rp 9.000 per kg.

Meski begitu Arman juga menginginkan agar pemerintah juga memperhatikan pengembangan industri dalam negeri. "Jangan kita terlena ekspor bahan baku yang ujungnya membesarkan pabrik luar negeri dan menghancurkan industri dalam negeri," terang Arman.

Saat ini kebutuhan bahan baku untuk industri sebesar 140.000 ton per tahun. Hal tersebut bersaing dengan industri luar negeri. Apabila industri luar Indonesia menaikan permintaan bahan bakunya, maka industri dalam negeri akan kalah akibat persaingan harga.

Arman bang, industri luar negeri dapat membeli bahan baku rumput laut dengan harga lebih mahal. Hal itu dijelaskan Arman karena industri luar negeri mendapatkan insentif fiskal dari negaranya.

Rumput laut saat ini memang sedang menjadi primadona. Hal tersebut diungkapkan oleh Nilanto Perbowo, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan.

"Ya betul saat ini rumlut laut sedang didorong sebagai komoditas unggulan ekspor," jelas Nilanto kepada KONTAN (7/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×