kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga teh dalam negeri terus naik


Rabu, 24 Mei 2017 / 10:27 WIB
Harga teh dalam negeri terus naik


Reporter: Handoyo, Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Di tengah tren kenaikan harga teh, produksi teh di Tanah Air malah semakin rendah. Penurunan produksi teh Tanah Air disebabkan semakin berkurangnya lahan perkebunan teh.

Petani teh asal Jawa Barat, Endang Sopari mengatakan, kenaikan harga teh internasional tergambar dari lonjakan harga jual teh di tingkat petani, yang paling tinggi dalam lima tahun terakhir. "Dapat dikatakan, harga teh saat ini yang paling tinggi," katanya, Senin (22/5).

Jika pada awal tahun lalu, harga teh rata-rata dunia sekitar US$ 1,70 sen sampai US$ 1,80 sen per kilogram. Saat ini naik dengan harga tertinggi di atas US$ 2 per kg. Data Bloomberg menunjukkan, harga lelang teh hitam (black tea) di Kenya naik 3,4% menjadi US$ 2,74 per kg.

Endang memaparkan, sejak awal tahun 2017 harga jual pucuk teh petani dihargai Rp 2.400 per kilogram (kg). Harga ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun lalu yang berada di bawah Rp 2.000 per kg. Menurutnya kenaikan harga teh ini disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya adalah penurunan produksi teh di dalam negeri.

Penurunan produksi teh dalam negeri disebabkan banyaknya tanaman teh yang sudah usia tua. Usia tua membuat produktivitas tanaman teh menurun. Selain itu, penurunan produksi juga terjadi karena adanya penyusutan lahan pertanian teh. Itu terjadi karena banyak petani telah beralih ke komoditas yang lebih bernilai jual tinggi, seperti sawit dan kakao.

Data Dewan Teh Indonesia menunjukkan, jika pada tahun 2010 luas areal lahan teh rakyat sebesar 56.465 hektare (ha), turun menjadi 55.176 ha pada tahun 2015. Sedang luas lahan teh BUMN yang pada 2010 seluas 38.295 ha turun menjadi 35.738 ha pada 2015. Namun luas kebun teh swasta naik tipis dari 28.037 ha pada 2010 menjadi 28.447 ha.

Masih stagnan

Endang bilang kendati harga teh naik, tapi sebenarnya belum ideal. Sebab kenaikan harga teh belum mampu menandingi kenaikan harga kebutuhan pokok sehari-hari. Bahkan bila dibandingkan dengan kenaikan harga komoditas lainnya, harga jual teh termasuk salah terendah.

Namun dia tetap optimis harga jual teh akan bertahan dalam beberapa bulan ke depan. Keyakinan itu didasarkan pada mulai masuknya musim kemarau di Jawa Barat. Ini terlihat dari curah hujan yang rendah dalam dua minggu. Dengan rendahnya curah hujan, membuat produksi pucuk daun teh lebih sedikit.

Produksi daun teh memang sangat dipengaruhi oleh iklim. Endang menjelaskan, dengan kondisi yang sudah tua, tanaman teh rentan terserang penyakit saat hujan dan kekeringan. Rata-rata produksi teh nasional sekitar satu ton per ha per tahun. Sementara untuk kebun teh milik petani produktivitasnya hanya 700 kg per ha per tahun.

Ketua Umum Dewan Teh Indonesia Rachmat Badruddin bilang, lelang teh yang dilakukan KPB Nusantara masih belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan industri teh. Itu terlihat dari produksi teh dalam negeri pada 2015 tercatat hanya 143.001 ton. Dari jumlah itu ekspor teh sekitar 60.000 ton dan impor 16.000 ton. Kondisi ini stagnan pada tahun 2016.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor teh Indonesia terus turun. Jika pada 2014, ekspor teh senilai US$ 134 juta, turun menjadi s US$ 126 juta pada 2015, dan pada 2016 hanya US$ 113 juta. Untuk itulah pemerintah perlu meningkatkan promosi produk teh Tanah Air. Seperti yang dilakukan Konsulat Jenderal RI (KJRI) untuk Karachi, Pakistan, Dempo Awang Yuddie. Promosi diperlukan karena ekspor teh ke Pakistan turun pada 2016 sebesar 60,4% atau US$ 4,9 juta dari 2015 sebesar US$ 12,4 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×