kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor tepung singkong diproyeksi capai 1 juta ton


Kamis, 03 Oktober 2013 / 16:42 WIB
Impor tepung singkong diproyeksi capai 1 juta ton


Reporter: Handoyo | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Impor tepung singkong atau tapioka masih terus bertaburan. Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) memproyeksikan, tahun ini, impor tepung tapioka akan mencapai sekitar satu juta ton. Impor tepung tapioka diperlukan lantaran tidak seimbangnya antara suplai dan kebutuhan.

Suharyo Husen, Ketua I MSI mengatakan, tahun lalu, impor tepung tapioka Indonesia mencapai sekitar 2 juta ton. "Tahun ini impor masih akan tetap ada walau volumenya menurun dari tahun lalu," kata Suharyo, Selasa (1/10).

Berdasarkan hitung-hitungan MSI, kebutuhan tepung tapioka dalam negeri mencapai 5 juta ton per tahun. Selain bahan pangan, tapioka juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri seperti kertas, batik dan plywood.

Menurut Suharyo, kebutuhan tepung tapioka untuk pabrik kertas mencapai 400.000 ton setiap tahunnya. Sementara untuk kebutuhan industri batik dan pabrik plywood mencapai 100.000 ton per tahun. "Utamanya impor tepung tapioka digunakan untuk industri," kata Suharyo.

Suharyo bilang, rendahnya produksi tapioka dalam negeri dikarenakan beberapa faktor. Di antaranya: harga jual tapioka yang terlalu rendah. Saat ini, harga jual tepung tapioka di pasaran hanya Rp 4.000 per kilogram (kg).

Produsen tapioka menilai harga itu terlalu murah sehingga untung yang didapat petani singkong terlalu mepet. Idealnya, harga tapioka di kisaran Rp 5.000 per kg. Data MSI menyebutkan, luas lahan singkong Indonesia mencapai 1,2 juta hektare (ha). Produksi rata-rata lahan mencapai 30 ton singkong per ha/tahun.

Artinya, total produksi singkong mencapai 30 juta ton setiap tahunnya. Beberapa sentra produksi singkong dalam negeri antara lain Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Bahkan, kini ada pengembangan lahan perkebunan singkong di wilayah timur, seperti di Sulawesi. 

Sebelumnya, Dirjen Industri Kecil Menengah Kemenperin Euis Saedah mengatakan, banyak investor tertarik masuk dan berinvestasi di perkebunan dan olahan singkong. "Namun kita baru mampu menyediakan bahan baku, sarana prasarana pendukung belum ada," kata Euis.

Ia mengakui, peluang bisnis ini menjanjikan. Kebutuhan tapioka di industri kecil menengah (IKM) lumayan besar. "Sekarang IKM baru menyerap 1 juta ton," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×