Reporter: Bernadette Christina Munthe |
JAKARTA. Indonesia semakin bergantu pada bahan pangan impor. Terbukti, di Januari-Agustus 2011 ini, menurut angka Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor serelalia, yaitu biji-bijian penghasil karbohidrat seperti padi-padian, jagung, dan gandum, mencapai US$ 3,29 miliar, naik 188,7% dibanding impor di periode yang sama tahun 2010 yang hanya US$ 1,14 miliar.
Franky Sibarani, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), mengatakan, industri dalam negeri memang bergantung pada serealia impor, khususnya gandum, karena belum dihasilkan di dalam negeri.
Celakanya, kata Franky, harganya juga cenderung makin mahal. "Harga gandum semakin mahal dari tahun ke tahun," kata Franky, Minggu (9/10). Ini pula yang menyebabkan nilai impor serealia Indonesia pada Januari-Agustus naik.
Franky benar. Bursa Chicago Board of Trade, mendata, rata-rata harga gandum pada tahun ini US$ 8,07 per gantang, naik 30% dari tahun 2010 US$ 6,21 per gantang.
Tak heran, impor gandum periode Januari -Agutsus 2011 juga melesat mencapai US$ 1,55 miliar, naik 91,59% dari periode sama tahun lalu. Setali tiga uang, impor olahan gandum atau meslin, juga melonjak 232% menjadi US$ 22,52 juta.
Franky menambahkan, pemerintah memang mengembangkan subtitusi gandum, yakni dengan tepung singkong. Namun, pengusaha sulit mengikutinya. "Perubahan bahan baku membutuhkan riset, jangan sampai konsumen tidak mau," tandas Franky.
Sudirman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT) mengemukakan hal yang sama. Misalnya saja untuk jagung yang mestinya bisa dicukupi dengan produksi sendiri. Selama Januari-Agustus tahun ini, impor jagung mencapai 2,6 juta ton. Padahal tahun 2010, hanya 1,5 juta ton dan 2009 hanya 400.000 ton.
Ia bilang, kenaikan tersebut karena ada panen jagung di dalam negeri tidak mencukupi. Soalnya banyak petani jagung yang beralih komoditas. Salah satu contohnya di Lampung, petani berganti menanam singkong. Hal ini karena, cuaca kurang mendukung budidaya jagung.
Sementara itu, Rahman Pinem, Direktur Tanaman Serealia Kementrian Pertanian (Kemtan), mengatakan, tanaman gandum yang sedang dicoba dibudidayakan di Indonesia. Komoditas ini masih dalam pengembangan. Otomatis, pemenuhan kebutuhan di dalam negeri harus dicukupi dengan mengimpor dari negara produsen, seperti Australia dan Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News