kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini sederet tantangan industri penerbangan jika ingin membuka rute penerbangan


Rabu, 17 Januari 2018 / 19:43 WIB
Ini sederet tantangan industri penerbangan jika ingin membuka rute penerbangan
Pesawat Garuda Indonesia


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan telah membuka 83 rute baru penerbangan sipil komersial. Kendati begitu, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh industri penerbangan Tanah Air.

Ketua Bidang Penerbangan Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto mengatakan, tantangan utama di industri penerbangan adalah tarif tiket yang diatur oleh pemerintah.

Adapun untuk perubahannya, mengikuti kenaikkan biaya - biaya produksi seperti fuel atau avtur yang cenderung naik, serta biaya bandara dan navigasi yang juga ikut naik.

"Prosesnya panjang dan sulit," ujar Bayu saat dihubungi KONTAN.co.id, Rabu (17/1).

Adapun, pemerintah pada tahun ini menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 17 juta orang. Itu artinya, pihak regulator maupun operator penerbangan dan operator bandara memiliki tugas bersama untuk meningkatkan kapasitas bandara dan slot penerbangan, serta fasilitas keselamatan penerbangan.

Hal senada juga disampaikan oleh Ikhsan Rosan, VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Menurutnya, On Time Performance (OTP) secara umum salah satunya dilihat dari kepadatan bandara.

"Misalkan salah satu armada terlambat 45 menit, itu akan menimbulkan efek domino,"ungkap Ikhsan saat dihubungi KONTAN.co.id, pada waktu yang sama.

Dia mengklaim, OTP Garuda Indonesia pada tahun 2017 lalu mencapai level 90%. Hingga akhir tahun 2018, perusahaan berkode saham GIAA di Bursa Efek Indoesia itu menargetkan posisi OTP berada di atas 90%.

Sebagaimana diketahui, kondisi keuangan Garuda Indonesia pada kuartal III tahun lalu masih mencatatkan kerugian sebesar US$ 222,04 juta. Pada tahun ini, untuk menjaga efisiensi, Garuda Indonesia berencana untuk terus meningkatkan utlitas armada, dari yang awalnya 9 jam 35 menit dalam satu hari, tahun ini bakal meningkat menjadi di atas 10 jam 15 menit.

Tak hanya menambah frekuensi penerbangan, Ikhsan menyebut, perseroan bakal juga akan membuka beberapa rute baru pada tahun ini dengan total 30 rute, baik domestik maupun internasional, yang saat ini masih dalam proses pengurusan surat.

Salah satu rute penerbangan yang dibuka oleh Garuda Indonesia pada tahun ini adalah penerbangan dari Denpasar ke Xi'an (pulang - pergi) mulai 29 Januari 2018 dan Denpasar Zhengzhou (pulang - pergi) mulai 30 Januari 2018.

Menurut Ikhsan, China menjadi pasar yang cukup potensial karena masyarakat di sana dalam setahun mencapai 120 juta orang yang pergi ke luar. "Itu pasar bagus untuk terbang ke Indonesia," imbuhnya.

Beberapa penerbangan lain yang bakal dibuka oleh Garuda Indonesia antara lain dengan membuka konektivitas antara Makassar dan Palembang sebagai salah satu pusat perekonomian terbesar di Indonesia bagian Timur dan Barat. Sebelumnya, Garuda Indonesia juga telah melayani penerbangan langsung Medan-Makassar sejak Desember 2017 lalu.
Menurut Ikhsan, penerbangan langsung tersebut dioperasikan untuk menandai upaya berkelanjutan perusahaan dalam meningkatkan konektivitas antar kota di Indonesia, di mana Medan sebagai salah satu hub penerbangan Indonesia bagian barat dan Makassar sebagai hub penerbangan Indonesia bagian timur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×