kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investigasi Freeport butuh waktu minimal 1 bulan


Senin, 27 Mei 2013 / 15:19 WIB
Investigasi Freeport butuh waktu minimal 1 bulan
ILUSTRASI. Cek limit transfer Bank Mandiri terbaru sesuai jenis kartu ATM


Reporter: Diemas Kresna Duta | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) melakukan investigasi menyoal runtuhnya terowongan di lokasi tambang Big Gossan milik PT Freeport Indonesia.

Saat ini, kata Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo bilang, sampel batuan dari tambang yang dikelola Freeport Indonesia itu sudah dibawa ke Bandung untuk diteliti.

Untuk melakukan penelitian tersebut,  ESDM melibatkan peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira) dan inspektorat tambang.

"Saya perkirakan upaya investigasi dan penelitian ini bakal berlangsung 1 sampai 2 bulan," terangnya kepada wartawan, Senin siang (27/5).

Sejauh ini, terang Susilo, indikasi awal runtuhnya tambang Big Gossan disebabkan oleh faktor alam. Hal tersebut diprediksi dari adanya retakan pada batu kapur yang menjadi penyangga atas tambang.

Diduga, karena terus tergerus oleh air, terowongan tambang bawah tanah itu runtuh. “Itu indikasi awal. Kita tunggu saja hasil investigasinya, nanti," terang Susilo.

Selain investigasi, Susilo bilang, pihaknya juga masih melakukan inspeksi terhadap semua lokasi pertambangan yang dikelola Freeport.

Ini dilakukan untuk mengecek kelayakan dan keamanan tambang. Karena masih melakukan inspeksi, dia bilang, ESDM masih melarang perusahaan pertambangan asal Amerika itu beroperasi.

"Mereka boleh berproduksi lagi tim inspeksi sudah menyatakan semua tambang Freeport aman dan layak. Perkirakan kami kerugian ada di angka 250.000 sampai 300.000 ton batuan (mengandung emas dan tembaga)  per hari," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×