kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketika wacana mobil listrik dianggap mendukung EBT


Senin, 07 Agustus 2017 / 21:24 WIB
Ketika wacana mobil listrik dianggap mendukung EBT


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

JAKARTA. Pengembangan mobil listrik rupanya sudah mulai diantisipasi oleh PT Perusahaan Listrik Negara. Namun demikian proyek ini tidak bisa dibilang mudah. Banyak faktor yang bisa membuat mobil listrik ini bisa dikembangkan secara massal. Pasalnya, harga mobil listrik masih terbilang mahal sehingga sulit membuat masyarakat beralih menggunakan mobil listrik dan meninggalkan mobil konvensional.

Pengamat Energi dari Universitas Gajah Mada Fahmi Radhi mengatakan, munculnya wacana pengembangan mobil listrik akhir-akhir ini bukan tanpa sebab. Dia menduga, proyek mobil listrik di Indonesia merupakan titipan para pemain industri otomotif yang akan memasarkan mobil listrik ke Indonesia. "Tetapi dikemas dalam penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT)," kata dia ke KONTAN, Senin (7/8).

Dia menilai, dalam kondisi Tarif Tenaga Listrik yang masih mahal dan disubsidi oleh pemeirntah, pengembangan mobil listrik di Indonesia masih belum layak sama sekali. "Di satu sisi, energi yang digunakan oleh PT PLN sebagian besar menggunakan fosil, di sisi lain mobil menggunakan listrik, yang sesungguhnya fossil contents masih tinggi," ungkap dia.

Tidak berlebihan dikatakan bahwa penggunaan mobil listrik tidak lebih daripada akal-akalan untuk menggolkan keinginan industri otomatif. Bahkan dia mengatakan, kehadiran mobil energi listrik tidak akan menggantikan mobil berbahan gas nantinya sehingga industri migas akan tetap eksis. "Kapasitas energi listrik sangat terbatas, di negara maju tidak lebih dari 5% dari total kendaraan bermotor," kata dia.

Asal tahu saja, saat ini pembahasan soal mobil listrik menjadi hangat kembali dibicarakan setelah pemerintah berencana membuat regulasi yang melibatkan Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian ESDM.

Sekadar menyegarkan ingatan kita, pada tahun 1997 lalu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sudah membentuk tim untuk membuat konsep mobil listrik dan baru 2002 produknya muncul terbatas yakni ambulance dan mobil patroli polisi. Setelah itu Dahlan Iskan, Menteri BUMN mencoba peruntungan membangun mobil listrik tetapi naas, mobil listrik bernama Tuxuci tersebut hancur karena tabrakan di Desa Ngerong Magetan, Jawa Timur, Sabtu, 5 Januari 2013.

Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan usai menghadiri acara The 7th Asian Youth Day, Sabtu (5/8) menyatakan mobil listrik adalah proses modernisasi sehingga perkembangannya tidak bisa dihindari karena itu, pengembangan mobil listrik menjadi prioritas dan dimasukkan dalam perhitungan pemerintah, mengikuti perkembangan global, terutama dalam menjawab isu perubahan iklim dan lingkungan.

Bahkan membangun pabrik mobil listrik sangat mudah, sebab kata Jonan onderdilnya, interiornya, sistem kemudinya semuanya sama yang berbeda hanya menghilangkan mesinnya diganti dengan battery. "Prancis itu sudah melarang mobil non listrik di jalan raya pada tahun 2040. Inggris juga sama. Pokoknya tidak adalagi penjualan mobil di wilayah Inggris Raya berbahan bakar hydrocarbon tetapi berbahan bakar listrik," ungkap dia.

Kehadiran mobil listrik menurutnya, mempunyai tiga keuntungan pertama mengurangi emisi gas buang, kedua membuat udara lebih bersih dan yang ketiga mustinya ini modernisasi sehingga kita mempunyai pilihan apakah tetap menggunakan mobil berbahan hydrocarbon atau menggunakan listrik. "Kalau menurut saya menggunakan mobil listrik emisinya nol, polusinya engga ada. Kita tidak bisa menghambat adanya perkembangan zaman termasuk modernisasi,"ujar Jonan.

Jonan menambahkan, dari sisi sumber daya manusianya, Indonesia sudah siap dan untuk mengisi daya listrik ke dalam battery ada beberapa alternatif misalnya menukar battery yang kosong dengan battery yang terisi penuh di SPBU-SPBU seperti pemakaian tabung LPG 3 kg. "Kalau orang mikir tiap rumah harus ada colokan yang kira-kira 3.000 Watt, 5.000 Watt ya engga jadi-jadi, ya sudah pokoknya seperti LPG 3 kg kalau habis tukar," jelas Jonan.

Jauh sebelum Ignasius Jonan Menteri ESDM kembali membicarakan mobil listrik, rupanya PLN sudah mengembangkan motor listrik. "PLN DKI itu motor operasionalnya sudah memakai motor listri," kata Kepala Divisi Energi Baru Terbarukan PT PLN Tohari Hadiat kepada KONTAN, Senin (7/8).

Bahkan, PLN ternyata sudah memikirkan soal pembangunan infrastruktur listrik untuk kebutuhan mobil listrik yang saat ini sedang menjadi buah bibir. Tohari menyatakan PLN sangat senang bisa mobil listrik bisa terwujud, sebab pemakaian listrik di siang hari bisa terserap oleh pengguna mobil listrik. Maklum, beban listrik di malam hari lebih tinggi dibandingkan dengan beban listrik di siang hari. "Kami bilang, PLN selalu siap menyediakan listrik," kata dia.

Tohari bilang, PLN bahkan sudah memiliki bayangan soal infrastruktur yang akan dibangun jika Agen Pemegang Merek (APM) mobil memproduksi massal mobil listrik. Nantinya PLN akan memasang stasiun pengisian bahan bakar listrik di pusat perbelanjaan, lahan parkir, dan jika perlu di rumah pemilik. "Selama mobil tidak dipakai, langsung dicolokin saja, tidak sama seperti di SPBU, isi langsung jalan, tidak begitu." ungkap dia.

Dia mengungkapkan, PLN juga akan menyiapkan infrastruktur listrik agar daya yang tersedia sesuai dengan permintaan pasar dari mobil listrik. Untuk itu, saat ini PLN masih terus mendengarkan masukan dari pemerintah maupun APM yang akan membuat mobil listrik. "Kemarin sudah diundang bicara dengan APM Honda, PLN ditanya siap tidak? kami jawab siap karena kami sedang membangun banyak pembangkit," kata dia.

Dia mengatakan, PLN bukan saja siap membangun infrastruktur di Jawa, tetapi juga di luar Jawa PLN siap. "PLN kan ada di mana-mana," imbuh dia.

Tohari menyatakan, proyek mobil listrik ini tentu saja harus terjangkau oleh masyarakat sebab selama ini image dari mobil listrik terlalu mahal. Sehingga masyarakat tidak bisa membeli mobil tersebut. Padahal, jika harganya terjangkau maka pemilik mobil akan beralih memakai mobil listrik sehingga akan lebih efisien. "Tantangannya bagi kami adalah menyiapkan tarif listrik murah bagi mobil listrik," ungkap dia.

Adapun soal teknis pembayaran untuk sekali mengisi batre mobil listrik, nantinya pemerintah yang akan menentukan tarif listrik untuk mobil listrik itu. "Sistem pembayarannya bisa memakai kartu pra bayar," imbuh dia.

Tohari juga menilai, energi fosil suatu saat akan habis dan kita harus mencari penggantinya. Sehingga bisa dikatakan bahwa listrik yang berasal dari energi baru dan terbarukan akan menggantikan energi fosil. "Produk dari EBT kan listrik, ya listrik memang masa depan," ungkap dia. Saat ini PLN juga terus mengurangi penggunaan energi fosil untuk kebutuhan bahan bakar pembangkit.  

Besok, kembali Kementerian ESDM akan membuka lagi seminar soal mobil listrik, kali ini membawa Mobil BMW i8. Sebelumnya Kementerian Perindustrian sudah menggelar serangkaian diskusi soal mobil listrik.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×