Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Kimia Farma (Persero) Tbk merambah penjualan dunia maya. Perusahaan pelat merah itu resmi menjadi pelaku bisnis e-commerce, lewat portal penjualan anyar dengan alamat kimiafarmaapotek.co.id.
Pada tahap awal, apotek online tersebut hanya melayani konsumen di wilayah Jabodetabek. PT Kimia Farma Apotek, anak usaha Kimia Farma, yang akan menangani operasional bisnis. Kimia Farma Apotek hanya akan menjajakan obat bebas alias over the counter (OTC) dan produk perawatan tubuh.
"Aktivitas pelayanan obat bebas lebih mudah karena pelanggan tidak perlu tatap muka dengan apoteker," kata Imam Fathorrahman, Direktur Utama PT Kimia Farma Apotek, Rabu (4/1).
Meskipun penjualan obat bebas tak memerlukan resep medis, Kimia Farma Apotek akan menyertakan menu konfirmasi dari apoteker. Dari situ, konsumen bisa mendapatkan informasi mengenai gejala penyakit dan manfaat obat yang akan dibeli.
Demi keamanan produk, Kimia Farma Apotek mengemas obat dalam wujud tersegel. Perusahaan tersebut juga menyertakan form pelayanan informasi obat (PIO) di dalamnya. Untuk memudahkan pembelian, Kimia Farma Apotek menggandeng Gojek yang memiliki layanan belanja Go-Mart.
"Kami juga bekerjasama dengan layanan pesan antar Go-Mart yang dapat diakses oleh pelanggan di delapan kota," terang Imam.
Seakan tak sabar mengunduh hasil, Kimia Farma sudah mematok target kontribusi sejak tahun ini. Perusahaan berkode saham KAEF di Bursa Efek Indonesia tersebut menargetkan, bisnis apotek online menyumbang sekitar 10% terhadap total penjualan tahun 2017.
Sementara target pertumbuhan bisnis apotek secara keseluruhan pada tahun 2017 yakni 20%-21%. Sebagai perbandingan, sepanjang tahun 2016 Kimia Farma memperkirakan realisasi penjualan dari bisnis apotek mencapai Rp 3,1 triliun.
Demi mengejar target pertumbuhan, Kimia Farma berencana menambah 100 apotek fisik sepanjang tahun ini. Adapun total investasi yang mereka persiapkan sekitar Rp 200 miliar.
Kongsi dengan India
Sementara total target penjualan Kimia Farma tahun ini antara Rp 7 triliun-Rp 8 triliun. Dari target segitu, mereka berharap, penjualan obat berkontribusi Rp 1,7 triliun- Rp 1,8 triliun. Sebagai perbandingan, Kimia Farma memperkirakan realisasi total penjualan tahun 2016 sebesar Rp 6 triliun. Jadi, target minimal pertumbuhan penjualan tahun 2017 setara dengan 16,17%.
Selain memperluas jaringan penjualan, Kimia Farma berencana membentuk perusahaan joint venture (JV) dengan perusahaan asal India. Keduanya berkongsi mengembangkan obat resep atau ethical.
Belum ketahuan identitas perusahaan asal India itu. Yang terang, mitra bisnis Kimia Farma bergerak di sektor bahan baku dan bahan jadi farmasi.
Makanya, perusahaan JV akan membangun pabrik di Indonesia. Dengan mempertimbangkan kepemilikan aset tanah Kimia Farma, ada sejumlah alternatif lokasi pembangunan pabrik.
Opsi utama di Jawa Barat, yakni Cikarang atau Banjaran. Informasi saja, perusahaan tersebut memiliki tanah seluas 5 hektar (ha) di Banjaran. Sedianya, Kimia Farma mengempit sekitar 60% saham dalam perusahaan kerjasama tadi.
"Pengembangan ini sesuai kebijakan pemerintah untuk kemandirian bahan baku," ujar Pujianto, Direktur Pengembangan PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News