kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meraup buih laba dari sabun susu kambing


Jumat, 03 September 2010 / 09:57 WIB
Meraup buih laba dari sabun susu kambing


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Sabun dari susu kambing diyakini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan sabun lain. Selain lebih sehat, sabun dari susu kambing juga menjadikan kulit tampak lebih lembut dan kencang. Tak heran, permintaan sabun ini terus meningkat. Peluang bagi pemain baru pun terbuka lebar.

Perempuan ataupun lelaki yang semakin peduli terhadap perawatan kulit ikut mendongkrak penjualan berbagai produk kecantikan. Terutama, produk yang menggunakan bahan-bahan alami atau produk-produk yang lebih minim bahan kimia. Salah satunya, sabun yang terbuat dari susu kambing. Sabun berbahan baku alami ini dipercaya bisa membuat kulit lebih sehat, kencang, lembut, dan tidak kering.

Rumah Susu Kambing milik Syauqi Naji yang berada di Cibinong, Jawa Barat, adalah salah satu pelaku usahanya. Saban bulan, Syauqi menerima permintaan sabun susu kambing hingga 1.440 batang. Dengan harga jual sabun susu kambing Rp 10.000 per batang untuk ukuran 90 gram, Syauqi meraup omzet sekitar Rp 15 juta per bulan.

Syauqi bilang, permintaan itu cukup tinggi. Pasalnya, Rumah Susu Kambing merupakan pemain baru di usaha ini. "Sebelumnya saya hanya menjual susu kambingnya," katanya.

Menurutnya, permintaan yang tinggi ini lantaran banyak perempuan yang mulai beralih menggunakan sabun berbahan baku alami.

Hal senada diungkapkan Anya Madiapoera, yang pernah memiliki usaha sabun susu kambing. Menurutnya, sabun susu kambing baik untuk kesehatan kulit, terutama untuk kulit yang sensitif. Selain itu, proses produksinya juga lebih ramah lingkungan dibandingkan sabun umumnya.

Namun, sayangnya saat ini Anya sudah tidak lagi memproduksi sabun susu kambing. "Sejak Juni tahun lalu saya sudah menghentikan produksi," katanya.

Penyebabnya bukan karena produknya tidak laku. Melainkan, karena biaya perizinan di industri kosmetik terhitung sangat tinggi. "Untuk mengurus perizinan itu saya butuh biayanya di atas satu miliar rupiah. Saya disamakan dengan industri besar," keluh Anya.

Karena tidak memiliki uang tunai sebesar itu, Anya pun menghentikan produksi sabun susu kambing miliknya di Bandung, Jawa Barat. Padahal, waktu itu permintaan sabun dengan merek Soaphisticated itu terbilang cukup tinggi.

Pada April 2009 atau bulan terakhir berproduksi, Anya bisa menghasilkan 2.500 batang sabun. Harga jualnya Rp 25.000 per batang. Artinya, saat itu Anya masih bisa mengantongi pendapatan Rp 62,5 juta sebulan.

Menurut Anya, sebenarnya bisa saja ia terus memproduksi sabun dari susu si embek tersebut. Namun, dia tidak mau disebut sebagai produsen sabun yang tidak mempunyai izin. "Saya tidak mau dibilang pemain gelap," ujar dia.

Meski begitu, toh, masih banyak produsen sabun susu lain yang terus bermunculan. Misalnya, Devi Eka Agustina, pemilik Handicraft Soap Devi baru empat bulan memproduksi sabun susu kambing. Dia menjual sekitar 120 batang sabun dengan harga jual Rp 12.500 per batang berukuran 100 gram. "Tren penjualannya meningkat terus," katanya.

Namun, sejauh ini Devi memproduksi sabun jenis ini ketika ada pesanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×