kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.885   0,00   0,00%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Pengamat: Kegiatan operasional Freeport bisa menambah hutang Inalum


Minggu, 15 Juli 2018 / 17:51 WIB
Pengamat: Kegiatan operasional Freeport bisa menambah hutang Inalum
ILUSTRASI. Kesepakatan divestasi PT Freeport


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai pemilik saham mayoritas sebesar 51% di PT Freeport Indonesia (PTFI). Holding industri pertambangan yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan menanggung biaya-biaya investasi yang akan keluar.

Seperti halnya kegiatan-kegiatan operasional tambang bawah tanah untuk mencapai produksi penuh, yang sebelumnya diprediksi oleh Freeport Indonesia ditahun 2021 dengan menggunakan metode block caving. Biaya investasinya bisa mencapai di atas US$ 10 miliar.

Jika investasi itu tidak keluar, maka metode block caving ini akan tersendat dan mempengaruhi produksi tambang bawah tanah. Pasalnya bila terhenti, akan terjadi peningkatan tegangan dan mengakibatkan runtuhnya terowongan, sehingga menyebabkan kerugian yang sangat besar.

Direktur Eksekutif Centre for Resources Strategic Studies (Ciruss), Budi Santoso membenarkan bahwa selain nilai hutang akuisisi sebesar US$ 3,85 miliar itu, Inalum masih perlu menyiapkan dana untuk belanja modal atau capedital expenditure (capex).

"Selain tanggung jawab membangun smelter, Inalum juga harus mempertahankan produksi dengan membangun underground mining melalui metode block caving," terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (15/7).

Tetapi, kata Budi, metode block caving merupakan acuan investasi yang harusnya dikeluarkan oleh Freeport Indonesia. Namun, secara proporsional, Inalum selaku mayoritas pemegang saham 51% pastinya ikut mengeluarkan pendanaan. 

"Jika metode itu mahal, pemerintah punya hak untuk me-review lagi rencana investasinya supaya bisa lebih rendah," tandasnya. Dengan demikian ia menyarankan, Inalum tidak hanya menjadi pemegang saham saja, melainkan menjadi operator. 

Senada, pengamat hukum sumber daya alam dari Universitas Tarumanegara (Untar), Ahmad Redi mengatakan, tidak hanya menyiapkan dana untuk investasi.

Inalum juga pastinya membutuhkan dana yang lebih besar untuk pengelolaan tambang Grasberg. Itu supaya, produksi tembaga maupun emas tidak turun. "Intinya pasti Inalum akan berhutang. Yang paling besar untuk underground mining-nya," kata Redi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×