kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi gas Blok Mahakam mencatatkan penurunan


Minggu, 08 Juli 2018 / 17:23 WIB
Produksi gas Blok Mahakam mencatatkan penurunan
ILUSTRASI. PHM Melakukan Pengapalan Minyak Perdana dari Blok Mahakam


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah, dalam hal ini Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIgas), mencatatkan realisasi produksi gas Blok Mahakam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur tidak akan mencapai target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar 1.100 Barel Oil Ekuivalen Per Day (BOEPD).

SKK Migas mencatat, sampai akhir 2018 nanti, lifting gas dari Blok Mahakam yang saat ini dikelola oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM) hanya mencapai 83,3% dari target APBN itu atau setara 910.000 BOEPD.

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi mengatakan bahwa lifting gas Blok Mahakam tidak tercapai disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya, sumur-sumur bor yang diproduksi tidak sesuai dengan prognosa yang diberikan oleh Total E&P selaku kontraktor sebelumnya.

“Prediksi atau prognosa masing-masing sumur ternyata tidak sebesar yang dihitung,” terangnya saat ditemui di Kantor SKK Migas, pekan lalu, Jumat (6/7).

Tapi Amien menampik, bahwasanya penurunan lifting itu dipengaruhi oleh terminasi. Pasalnya, dua tahun sebelum expired dan juga beralih tangan ke PHM, PT Pertamina (Persero) dan Total E&P sudah melakukan diskusi panjang.

Malahan, setahun sebelum expired, kata Amien, Total sudah melakukan pemboran sumur untuk Pertamina. “Jadi aspek transisi tidak ada masalah,” ungkapnya.

Asal tahu saja, lifting gas dalam APBN yang ditargetkan mencapai 1.100 BOEPD itu juga lebih kecil dibanding realisasi produksi gas pada akhir tahun 2017 yang sebesar 1.255 BOEPD.

Atas penurunan itu, di level kerja, dan working team, pihak SKK Migas sudah menangani Pertamina secara khusus. Hanya saja, penanganan itu terbentur pada level manajemen, lantaran saat ini Pertamina belum bisa mengambil keputusan secara strategis dan cepat.

“Karena keputusan eksisting partner juga tidak bisa dilakukan dengan cepat karena direksi persero juga belum final (Tidak ada Dirut Pertamina),” pungkasnya.

Penurunan lifting gas Blok Mahakam ini, kata Amien, berimbas kepada penurunan gas yang masuk ke Kilang Bontang. Misalnya, akan terjadi train-train Kilang Bontang yang tidak terpakai.

“Tapi mudah-mudahan lapangan lain bisa suplai. Misalnya Blok Jangkring, kan produksinya 40% dari semula,” tandasnya.

Sayangnya sampai berita ini diturunkan, Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam enggan berkomentar. Begitu juga dengan Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sarjito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×