kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi kakao semester I-2017 turun 10%


Senin, 31 Juli 2017 / 11:06 WIB
Produksi kakao semester I-2017 turun 10%


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Awan mendung masih menaungi komoditas kakao nasional. Hal itu terjadi karena produksi kakao nasional masih belum bangkit tahun ini. Berdasarkan perhitungan Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), pada semester I-2017 produksi biji kakao Tanah Air tercatat hanya 150.000 ton, turun 10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Zulhefi Sikumbang, Ketua Umum Askindo menjelaskan, penurunan produksi kakao Indonesia diakibatkan produktivitas pohon kakao petani yang terus menurun karena usia tanaman sudah uzur. Selain itu, hingga kini tak ada upaya dan dukungan pemerintah untuk peremajaan kebun kakao atau replanting.

"Banyak pohon kakao yang sudah tidak bisa produksi lagi karena petani tak bisa meremajakan kebun mereka sendiri, baik karena modal maupun kesalahan perawatan," ujar Zulhefi kepada KONTAN, Minggu (30/7).

Dengan realisasi semester I-2017 yang sebesar 150.000 ton, maka produksi kakao tahun ini diperkirakan maksimal hanya sekitar 300.000 ton. Jumlah itu lebih rendah dari produksi tahun lalu yang mencapai 350.000 ton.

Pieter Jasman, Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonedia (AIKI) mengatakan dengan produksi kakao yang rendah tahun lalu, maka kapasitas produksi terpakai perusahaan pengolah kakao hanyalah 392.000 ton. Dengan penurunan produksi biji kakao yang turun, maka tahun ini kapasitas terpakai kemungkinan lebih rendah. Saat ini kapasitas terpasang industri kakao 800.000 ton. "Hal ini membuktikan bahwa produksi kakao nasional terus turun dan semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan industri," terang Pieter.

Untuk memenuhi kebutuhan industri, industri harus melakukan impor kakao. Inilah sebabnya bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah impor kakao terus naik. Hingga Mei 2017, impor kakao sudah mencapai 80.000 ton. Padahal impor kakao tahun lalu hanya 60.000 ton. Zulhefi memperkirakan impor kakao sepanjang tahun ini bisa mencapai 150.000 ton. "Kalau industri kakao mau bertahan dibutuhkan impor sekitar 150.000 ton. Namun, bagi pabrik olahan kakao skala kecil hitungan impor ini tetap merugikan mereka," katanya.

Yang menarik untuk disimak adalah, meski produksi minim dan permintaan naik, harga kakao di petani tahun ini jeblok. Jebloknya harga itu dikatakan Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKI) Arief Zamroni. Dia bilang harga kakao tahun ini hanya Rp 20.000 per kilogram (kg), anjlok ketimbang tahun lalu yang Rp 35.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×