kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,77   -3,77   -0.42%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produkvitas Tinggi, Kementan Sebut Lahan CSA Hasilkan 7,44 Ton Per Ha GKP


Selasa, 30 April 2024 / 10:48 WIB
Produkvitas Tinggi, Kementan Sebut Lahan CSA Hasilkan 7,44 Ton Per Ha GKP
Kepala Pusluhtan Kementan, Bustanul Arifin Caya selaku Direktur NPIU SIMURP (ke-3 kanan) didampingi Project Manager SIMURP Kementan, Sri Mulyani [ke-2 kanan] menghadiri panen padi di lahan Scalling Up di Kabupaten Purworejo,?Jawa?Tengah.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Produktivitas padi naik setelah diperlakukan khusus [scalling up] oleh petani berwawasan Climate Smart Agriculture (CSA) pada lahan Demplot Scalling Up 2023.

Lahan CSA hasilkan 7,44 ton/ha gabah kering panen (gkp) setara 6,2 ton/ha gkg sementara Non CSA hanya mencapai 6,16 ton/ha gkp atau 5,14 ton/ha gkg.

Rata-rata kenaikan mencapai 1,28 ton/ha gkp berdasarkan 41 sampel lokasi CSA. Inovasi CSA yang didukung oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) terbukti berhasil meningkatkan produktivitas padi.

Keberhasilan Scalling Up CSA menegaskan pentingnya Program SIMURP di Indonesia ke depan dan layak diperluas ke sejumlah kabupaten di 28 provinsi. Sebanyak 24 kabupaten di 10 provinsi telah menjalankan program CSA dari 2019 hingga 2023 untuk mempromosikan, mensosialisasikan, dan mereplikasi inovasi CSA.

Baca Juga: Kementan Terapkan Demplot CSA Terhadap 9.381 Ha Lahan Percontohan di 10 Provinsi

Pencapaian Output Demplot Scaling Up CSA diumumkan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian CSA di Jakarta pada akhir Maret 2024, dengan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi sebagai pembicara utama.

Pengembangan Demplot Scalling Up CSA selaras dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang mendorong pertanian berwawasan iklim CSA agar tetap kreatif dan inovatif dalam menghadapi perubahan iklim global.

"Fokus kerja Kementan tahun 2024 adalah memperkuat produksi komoditas pokok seperti padi dan jagung di tengah tantangan perubahan iklim global," ujar Amran seperti dikutip Selasa (30/4).

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, menyatakan bahwa keberhasilan kebijakan Kementan membutuhkan sinergi antara semua pihak di sektor pertanian, dengan dukungan dari para pemangku kepentingan seperti SIMURP.

"Langkah awal diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan kesepahaman serta upaya mencapai swasembada padi dan jagung," katanya.

Baca Juga: Kemenkeu Salurkan Anggaran Ketahanan Pangan Rp 10,6 Triliun Hingga Kuartal I-2024

Demplot Scalling Up merupakan bagian dari upaya pengembangan inovasi CSA yang bertujuan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian. Tujuannya adalah meningkatkan Indeks Pertanian (IP), produktivitas, dan pendapatan petani melalui CSA dalam menghadapi perubahan iklim.

"Inisiatif Scalling Up yang dikembangkan oleh SIMURP adalah salah satu metode penyuluhan agar inovasi CSA dapat lebih mudah diterima oleh petani," jelasnya.

Project Manager SIMURP Kementan, Sri Mulyani, menjelaskan bahwa metode AWD adalah metode irigasi hemat air yang dapat digunakan oleh petani untuk mengurangi penggunaan air di sawah tanpa mengurangi hasil panen.

Lahan Scalling Up juga berperan sebagai 'Laboratorium Lapangan' yang mendorong petani untuk lebih fokus belajar melalui pengalaman langsung di lapangan terkait teori dan praktik pertanian.

Baca Juga: Kementan Optimistis Program CSA Buka Akses Bagi Wanita Petani Kembangkan Agribisnis

Inovasi Scalling Up melibatkan penerapan teknologi hemat air dengan irigasi intermittent dan Alternate Wet and Drying (AWD), dilengkapi dengan penggunaan benih unggul rendah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan ketahanan terhadap perubahan iklim.

Selain itu, dilakukan juga pemupukan berimbang sesuai dengan Kalender Tanam (Katam) dengan menggunakan alat uji tanah untuk menentukan dosis pupuk dasar (P, N, dan K) serta pupuk organik seperti jerami untuk pembuatan kompos.

Teknologi jajar legowo juga diterapkan dengan menanam 2 - 3 bibit muda per lubang tanam sesuai dengan pola tanam di lokasi tersebut. Setelah tahap budidaya, dilakukan pengendalian hama terpadu dengan menggunakan pestisida nabati, serta dilakukan pengukuran emisi GRK di lokasi tanam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×