kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produsen otomotif bentuk aliansi bisnis


Sabtu, 12 Agustus 2017 / 10:45 WIB
Produsen otomotif bentuk aliansi bisnis


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Tren aliansi di industri otomotif global semakin marak. Kolaborasi bisnis ini juga berpengaruh terhadap model bisnis agen pemegang merek di Indonesia. Diantaranya, aliansi antara Nissan dengan Mitsubishi, dan terbaru Mazda dengan Toyota.

Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT Astra Toyota Motor mengatakan, ia belum tahu pasti seperti apa bentuk aliansi Toyota dengan Mazda di Indonesia. "Tetapi teknologi Mazda seperti SkyAktiv dan lainnya, mungkin saja suatu saat bisa dikombinasikan dengan teknologi Toyota," kata Soerjopranoto, Kamis (10/8).

Ia mencontohkan, saat Toyota berkolaborasi dengan Daihatsu sudah menghasilkan beberapa produk. Wujudnya meriset kebutuhan-kebutuhan pengembangan produk untuk negara-negara berkembang.

Misalnya bisa kita lihat pengembangan produk-produk baru seperti Avanza, Calya, Rush, itu akan dikombinasikan antara kebutuhan Toyota dan Daihatsu. Menurut analisa Soerjopranoto, research and development kendaraan membutuhkan investasi besar, sehingga dengan aliansi itu, produsen mobil bisa menggabungkan beberapa teknologi.

"Kalau di bisnis, kami menyebutnya coopetition, competition tapi cooperative. Jadi kami mengharapkan ada sinergi hingga biayanya tak terlalu besar. Itu bisa saling melengkapi," kata Soerjopranoto.

Roy Arman Arfandy, Presiden Direktur PT Eurokars Motor Indonesia, mengatakan aliansi Mazda dan Toyota baru sebatas mengembangkan mobil listrik di pasar Amerika.

Sementara Head of Communication PT Nissan Motor Indonesia Hana Maharani menjelaskan, langkah konkrit aliansi Nissan-Renault dan Mitsubishi, antara lain efisiensi logistik. "Sebab ada penggabungan supplier Nissan dan Mitsubishi, sehingga proses pengiriman bisa lebih cepat dan efisien," tuturnya.

Efisiensi juga ada di tingkat riset produk. Dengan aliansi, biaya riset yang besar itu bisa ditanggung bersama. "Tapi dari segi branding dan pemasaran, masing masing tetap bersaing," tururnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×