kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Regulasi bikin industri kertas lecek


Kamis, 03 Agustus 2017 / 12:54 WIB
Regulasi bikin industri kertas lecek


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pengusaha pulp (bubur kertas) dan kertas keluhkan aturan tentang pembangunan hutan tanaman industri (HTI). Beleid itu nongol di Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 17 Tahun 2017 tentang Perubahan Permen LHK No. 12 Tahun 2015. Mereka menilai, aturan tentang pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) itu telah menyebabkan pasokan bahan baku untuk industri pulp dan kertas berkurang.

Dewan Pakar Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Rusli Tan mengatakan, akibat rendahnya pasokan bahan baku utilisasi atau kapasitas terpakai dari pabrik yang ada menjadi tidak maksimal. Sekadar catatan, kapasitas terpasang dari seluruh pabrik pulp dan kertas di Indonesia mencapai 15 juta ton-16 juta ton per tahun. Namun, saat ini utilisasi masih berada di angka 70%.

Rusli menyayangkan terbitnya regulasi ini. Padahal saat ini harga pulp dan kertas tengah merangkak naik di pasar global. Berdasarkan riset KONTAN, harga komoditas bubur kertas telah menembus US$ 875 per ton. Melihat kondisi ini, saat ini seharusnya menjadi waktu yang tepat menggenjot produksi. Kalau pemerintah bisa mengerti kondisi market (tren harga pulp) ini bisa sampai tahun depan, kata Rusli, kepada KONTAN, Rabu (2/8).

Sejak Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang baru terbit, pasokan bahan baku banyak impor. Rusli tidak menyangkal, impor pulp semakin pesat. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), impor pulp periode Januari hingga Mei 2017 tercatat US$ 641 juta, naik 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Seharusnya untuk memenuhi pasokan bahan baku dioptimalkan dari produksi dalam negeri. Yang mempunyai pabrik pulp harusnya didorong, mereka pasti mau tanam karena ketergantungan pada kayu. Untuk mendapatkan satu ton pulp membutuhkan 4,5 kubik kayu, kata Rusli.

Ekspor produk kertas Indonesia cukup baik di pasar dunia, yakni mencapai lebih dari 84 negara tujuan. Di pasar Jepang saja, dari total kebutuhan kertas fotokopi, sebanyak 30% berasal dari Indonesia.

Rusli menilai, pemerintah harus lebih memperhatikan efek regulasi tersebut. Kalau ini tetap diteruskan, mau tidak mau perusahaan akan melakukan efisiensi dan imbasnya pada pengurangan tenaga kerja, sebut Rusli.

Direktur Corporate Affairs APRIL Group Agung Laksamana mengatakan, saat ini produksi pulp dan kertas di Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) masih lancar. Hal ini karena bahan baku masih mencukupi.

Tahun lalu RAPP merampungkan pembangunan pabrik kertas atau paper mill 3 berkapasitas 250.000 ton dengan investasi sebesar Rp 4 triliun. RAPP mengklaim paper mill 3 pabrik kertas tercanggih di dunia, karena menghasilkan 1,7 km kertas per menit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×