kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Restoran cepat saji naikkan harga pasca Lebaran


Rabu, 17 Juni 2015 / 21:05 WIB
Restoran cepat saji naikkan harga pasca Lebaran


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Terus melemahnya rupiah hingga pertengahan Juni 2015 membuat sejumlah pengelola gerai cepat saji terpaksa meningkatkan harga jualnya. Berdasarkan pantauan KONTAN, hingga Rabu (17/6) nilai tukar rupiah terhadap dollar terus mengalami pelemahan terdalam sepanjang sepekan terakhir.

Mengacu data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada diposisi Rp 13.367 per dollar AS atau turun 0,26% dari sebelumnya Rp 13.333 per dollar AS. Berdasarkan Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan hingga menembus angka Rp 13.367 per dollar AS. Sementara, mengacu data di pasar spot, rupiah melemah ke Rp 13.366 per dollar AS atau 0,13% dari sebelumnya Rp 13.348 per dollar AS.

Penurunan niai tukar rupiah yang terjadi sejak awal tahun hingga menjelang berakhirnya semester I tahun ini terpaksa membuat para pengelola gerai makanan cepat saji menaikan harga jual karena beberapa komponen bahan baku masih harus diimpor. Selain itu, harga bahan baku utama yaitu ayam pun mengalami kenaikan karena harg apangan ayam yang merupakan bahan impor juga ikut mengalami kenaikan.

Untuk itu, PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PSPT) pengelola gerai ayam goreng CFC sudah mengambil ancang-ancang untuk menaikan harga jual pada Juli mendatang. Direktur Keuangan PSPT, Kristanto Cendra mengatakan peningkatan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah sejak akhir tahun 2014 lalu sudah cukup tajam sehingga harga bahan baku sudah sulit untuk dikendalikan. Diakui oleh Kristanto, bahan baku utama saat ini telah naik hingga mencapai Rp 3.000.

Perseroan pun akhirnya memutuskan untuk menaikan harga jual sekitar 3%-4% dari harga saat ini. "Kami menaikan harga jual untuk mengimbangi pelemahan rupiah yang terus berlanjut. Kenaikan harga jual akan kami lakukan dengan hati-hati karena saat ini daya beli masyarakat sedang menurun,"katanya.

Dengan menaikkan harga jual ini, perseroan berharap target pendapatan perseroan masih bisa dicapai. Perseroan menargetkan bisa meningkatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 5% dibandingkan tahun 2014. Tahun lalu perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 376,6 miliar. Ini berarti hingga akhir Desember 2015, perseroan berharap bisa membukukan pendapatan sebesar Rp 395,43 miliar.

Sementara itu, pesaing PSPT yaitu PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang mengelola gerai KFC masih menimbang-nimbang untuk menaikkan harga jual. Direktur FAST, Justinus D. Juwono mengatakan perseroan masih menunggu kondisi perekonomi di semester II. Diiharapkan adanya perbaikan dari ekonomi Indonesia di paruh kedua tahun ini. Dengan begitu, perseroan tidak perlu menaikkan harga jual produk KFC.

"Kita lihat nanti sehabis Lebaran. Perseroan akan melakukan kajian apakah akan menaikan harga jual produk kami setelah lebaran," ujar Justinus pada KONTAN Rabu (17/6).

JIka nanti di semester II ternyata kondisi ekonomi Indonesia tidak kunjung membaik dan rupiah terus mengalami pelemahan di semester II nanti, maka Justinus pun menyebut pihaknya terpaksa menaikkan harga jual sebesar 3%-5% dari harga normal saat ini.

"Tapi kami berusaha untuk tidak menaikan harga jual agar konsumen tetap bisa menikmat produk KFC," kata Justinus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×