kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,43   -7,06   -0.76%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SGRO bertanam sawit di kebun baru


Rabu, 10 April 2013 / 18:29 WIB
SGRO bertanam sawit di kebun baru
ILUSTRASI. Harga minyak melemah di pekan ini


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Walau bisnis sawit masih lesu, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) tetap rajin berkebun. Tahun ini, perusahaan ini mengagendakan penanaman kebun sawit baru seluas 10.000 hektare (ha).


Target luas lahan areal tertanam sawit yang baru ini setara dengan 8,77% dari total luas lahan tertanam sawit milik Sampoerna Agro. Sampai akhir tahun 2012, SGRO memiliki kebun sawit seluas 114.000 ha.


Sebagai gambaran, dari total luas  kebun yang sudah tertanami sawit  tersebut, kebun sawit milik SGRO yang sudah panen tandan buah segar (TBS) mencapai 90.000 ha. "Tahun ini diharapkan luas areal lahan tertanam seluas 124.000 hektare," kata Michael Kusuma, Kepala Hubungan Investor Sampoerna Agro, Selasa (9/4).


Penambahan luas areal tertanam sawit ini naik hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun 2012, SGRO merealisasikan penambahan areal tertanam kelapa sawit seluas  6.376 ha.


Dari luas tersebut, SGRO menambah kebun tertanam  seluas 2.866 ha sepanjang kuartal IV-2012. Luas selebihnya (3.510 ha) dilakukan pada  tiga kuartal sebelumnya.
Selain menambah luas lahan tertanam sawit, perusahaan ini berniat menambah kapasitas pabrik pabrik pengolahan kepala sawit.

Tahun ini, SGRO akan membangun pabrik minyak sawit mentah atau  crude palm oil (CPO) dengan kapasitas pengolahan 45 ton per jam TBS. Pabrik yang dibangun dengan investasi Rp 90 miliar ini diharapkan beroperasi pada awal atau pertengahan tahun 2014.


Saat ini SGRO memiliki pabrik berkapasitas 455 ton per jam TBS. Alhasil, jika pabrik baru itu beroperasi, total kapasitas pabrik pengolahan CPO miliki SGRO mencapai 500 ton per jam.


Incar kenaikan 5%-10%


Michael menambahkan, walau harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) cenderung naik turun dan tak sebagus tahun lalu, dia optimistis peningkatan produksi CPO ini berdampak signifikan bagi kinerja keuangan SGRO. Peningkatan volume produksi ini akan menambah tebal pemasukan emiten ini. "Kami akan menaikkan produksi 5%-10% dari tahun lalu," kata Michael.


Tahun lalu, berdasarkan penjelasan resmi SGRO,  produksi TBS perusahaan ini mencapai  1,72 juta ton. Jumlah itu naik 7% dibanding realisasi produksi tahun 2011 yang sebesar 1,61 juta ton.


Produksi TBS ini melonjak tinggi pada kuartal IV-2012.  Sepanjang tiga bulan terakhir tahun lalu, SGRO memproduksi TBS 592.000 ton alias 18% lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produksi triwulan sebelumnya.


Panen sawit kebun sawit milik SGRO di Sumatera Selatan, tercatat melonjak paling tinggi pada tiga bulan terakhir tahun 2012. Panen sawit di kebun ini naik 23% dibandingkan dengan panen sawit pada triwulan III-2012.


Sayang, kendati panen besar, harga rata-rata CPO merosot pada kuartal IV-2012. Perusahaan ini mencatat harga CPO pada periode tersebut, setelah dikurangi pajak ekspor, sebesar Rp 6.432 per kg turun 15% dibanding rata-rata triwulan ketiga.


Nah, sepanjang tahun lalu, rata-rata harga jual CPO dari pabrik SGRO  adalah Rp 7.271 per kg atau 4% lebih rendah dibandingkan rata-rata harga jual tahun 2011. SGRO menjual sekitar 85% produk CPO-nya di pasar domestik.


Tak heran, lantaran harga jual CPO merosot, nilai penjualan CPO dari SGRO juga turun. Tahun lalu, SGRO meraih penjualan Rp 2,99 triliun, turun 5% dibandingkan dengan  penjualan tahun 2011 yang senilai Rp 3,14 triliun.


Penjualan inti sawit atau kernel juga turun 26%. Asal tahu saja, penjualan CPO dan kernel menyokong 96% total penjualan SGRO.             n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×