kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SGRO tambah lahan karet 2.000 ha


Senin, 01 April 2013 / 16:17 WIB
SGRO tambah lahan karet 2.000 ha
ILUSTRASI. Dana pensiun.


Reporter: Handoyo | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk siap menggenjot produksi karetnya mulai tahun ini. Emiten perkebunan berkode SGRO ini rencananya bakal menambah lahan tertanam pohon karet seluas 1.000 hektare (ha) sampai 2.000 ha di Kalimantan.


Michael Kusuma, Kepala Hubungan Investor Sampoerna Agro mengatakan, perluasan lahan dilakukan karena tahun lalu perusahaan hanya memiliki luas lahan tertanam kecil, yaitu 100 ha.
Walau mengaku siap menggenjot produksi karet, Michael bilang, "Manajemen SGRO masih menitikberatkan pada bisnis utama yakni sawit," ujarnya, akhir pekan lalu.


Menurutnya, ekspansi Sampoerna Agro ke sektor perkebunan karet tidak lepas dari besarnya potensi bisnis komoditas tersebut. Menurut Michael, dalam beberapa waktu ke depan kebutuhan karet dunia terus meningkat dan harganya relatif baik.


Ditanam bertahap


Michael bilang, waktu ideal untuk melakukan penanaman pohon karet jatuh pada pertengahan tahun. Rencananya, penanaman dilakukan bertahap, tergantung kondisi cuaca. "Semoga pertengahan tahun bisa maksimal," katanya.


Walau penanaman dimulai tahun ini, Sampoerna Agro belum akan menikmati hasilnya dalam waktu dekat. Untuk bisa disadap, setidaknya pohon karet membutuhkan waktu sekitar lima sampai enam tahun menghasilkan getah.


Dengan asumsi itu, paling cepat Sampoerna Agro baru mengantongi pendapatan dari bisnis karet pada 2017.


Langkah diversifikasi usaha Sampoerna Agro ke perkebunan karet tidak lepas dari kesuksesan dua anak usahanya, yakni PT Sungai Menang dan PT Pertiwi Lenggara Agromas mengakuisisi 100% saham PT Hutan Ketapang Industri awal Juli tahun lalu.


Sampoerna Agro mengambil alih saham Hutan Ketapang dari PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk dan PT Nusa Bhakti Jayaraya dengan nilai transaksi US$ 7,8 juta. Hutan Ketapang memiliki lahan seluas 100.000 ha di Ketapang, Kalimantan Barat.


Akuisisi tersebut bernilai strategis bagi langkah diversifikasi Sampoerna ke perkebunan karet. Sebab, lahan Hutan Ketapang memiliki izin sebagai hutan tanaman industri sehingga bisa dijadikan perkebunan karet.


Seperti diketahui, Sampoerna Agro yang selama ini lebih banyak berkecimpung di bisnis sawit mulai mendiversifikasikan usahanya ke komoditas karet dan sagu. Perusahaan ini menganggarkan dana Rp 200 miliar untuk masuk bisnis tersebut.


Dana sebesar itu diambil dari belanja modal tahun ini senilai Rp 1 triliun. Selain karet, Sampoerna Agro juga telah mulai menanam sagu di lahan seluas 2.000 ha.


Penanaman sagu ini menelan biaya sekitar Rp 30 juta-Rp 35 juta per ha sampai menghasilkan. Sementara biaya penanaman karet sekitar Rp 40 juta sampai Rp 45 juta per ha.
Selain memanfaatkan Hutan Ketapang seluas 100.000 ha, perusahaan juga akan menggunakan lahan konsesi seluas 21.600 ha di Kepulauan Meranti, Riau untuk ditanami sagu. Diversifikasi usaha perkebunan sagu dan karet diharapkan mampu menopang usaha perusahaan ini dalam jangka panjang.


Di bisnis inti, yaitu kelapa sawit, SGRO juga berencana menggenjot produksi dengan menanam sawit dilahan seluas 10.000 ha. Adapun total luas lahan sawit SGRO mencapai 110.000 ha. Dari lahan seluas itu, sebesar 90.000 ha sudah berproduksi.


Perusahaan ini juga akan menambah satu pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalimantan berkapasitas 45 ton per jam.  Pabrik yang ditargetkan beroperasi pada 2014  itu akan menambah kapasitas produksi CPO, dari sebelumnya 455 ton per jam menjadi menjadi 500 ton per jam.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×