kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,70   -13,79   -1.49%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

APTRI: Sistem pembelian pupuk petani dipermudah


Kamis, 22 September 2016 / 23:17 WIB
APTRI: Sistem pembelian pupuk petani dipermudah


Sumber: Antara | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyebut, Kementerian Perdagangan akan menyederhanakan sistem pembelian pupuk oleh petani tebu agar tidak mengganggu produktivitas gula di Tanah Air.

Usai melakukan rapat tertutup dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Ketua Umum Dewan Pembina APTRI Arum Sabil mengatakan, kedua pihak sepakat untuk memangkas berbagai birokrasi yang menyulitkan petani tebu dalam mendapatkan pupuk.

"Beliau sepakat akan dipangkas sistem distribusi pupuk dan aturan yang berbelit-belit. (Sistem) akan disederhanakan soal (distribusi) pupuknya," kata Arum saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan di Jakarta, Kamis (22/9).

Arum menjelaskan, sistem pembelian pupuk yang disederhanakan berpengaruh terhadap produktivitas gula dan tentunya akan mendukung rencana swasembada gula berdaya saing tinggi pada 2020.

Ia merinci sistem pembelian pupuk nantinya dilakukan melalui kelompok tani dengan pembiayaan oleh avalis pabrik gula (PG), kemudian pupuk didistribusikan langsung ke PG yang bersangkutan.

"Nanti avalis pabrik gula yang bayar, petani tinggal tebus saja. Pupuk langsung didistribusikan di gudang-gudang PG, petani tinggal ambil ke gudang tersebut. Jadi tidak harus bertele-tele. Sebelumnya pelaporan ribet akhirnya petani tidak dapat pupuk," ujar Arum.

Selain sistem pembelian pupuk yang disederhanakan, APTRI juga mengusulkan peningkatan luas areal tanam tebu menjadi 750.000 hektare (ha) dari yang sebelumnya 470.000 ha kepada Kementerian Perdagangan.

Perluasan areal tanaman tebu dapat meningkatkan produktivitas tebu dari 75 ton menjadi 100 ton per hektare dan penambahan rendemen dari rata-rata 7,5% menjadi 10%. Dengan demikian, hasil produksi gula bisa mencapai 7,5 juta ton dengan rendemen 10% dari 75 juta ton tebu.

Menurut Arum, produksi gula yang berdaya saing selain mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, mengatasi persoalan impor gula, juga menggerakkan ekonomi masyarakat pedesaan bermata pencaharian sebagai petani tebu. (Mentari Dwi Gayati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×