kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,70   -13,79   -1.49%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cakra Mineral (CKRA) kini hanya memiliki tiga anak usaha


Jumat, 28 Desember 2018 / 18:46 WIB
 Cakra Mineral (CKRA) kini hanya memiliki tiga anak usaha
ILUSTRASI. Cakra Mineral Tbk


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Cakra Mineral Tbk (CKRA) banyak melakukan divestasi yang menyisakan tiga anak usaha. Tiga anak usaha yang masih berjalan adalah Cooking Coal, Ferro Nickel Smelter, dan Biji Besi.

"Banyak perubahan di structure yang tadi kita memiliki anak perusahaan sekitar delapan sekarang hanya jadi tiga," jelas Direktur dan Sekretaris Perusahaan CKRA Dexter Sjarif Putra, saat public expose di Hotel Redtop pada Jumat (28/12).

Anak usaha Persada Indo Tambang yang beroperasi pada sektor biji besi memiliki sumber daya 4 juta matrixton. Kapasitas produksi tambang yang berada di Sungai Kunyit, Padang, Sumatra Barat dikisaran 8.000 ton per bulan.

Larangan mengekspor bahan mentah pada tahun 2014 membuat CKRA saat ini memaksimalkan sisa biji besi dengan melakukan penjualan lokal. Penjualan lokal dilakukan kepada Semen Padang. "Stok banyak Jadi kita ini hanya jualan ke Semen Padang," kata Dexter.

Anak usaha yang lain adalah Ferro Nickel Smelter yang berkerjasama dengan Topsun International Industrial Limited. Total investasi di Ferro Nickel Smelter sekitar US$ 68 juta. Dengan kapasitas produksi 48.000 ton per tahun.

Dexter menjelaskan bahan baku biji nikel sendiri diperoleh dari PT Jagat raya Tama. Dengan ferro nickel grade 8-12% dan perbandingan bahan baku menjadi bahan jadi adalah 12:1.

Sementara itu masih ada minoritas di Tambang Benua Alam Raya sebesar 25% lokasi di Murung Raya Kalteng. Berdasarkan laporan keuangan CKRA, perseroan tidak mencatatkan pendapatan karena minus 100% dalam penjualan serta beban pokok penjualan. "Performa keuangan mengalami banyak penurunan, sales kita kosong tahun ini, karena kita sedang menjual aset pasir zirkon," kata Dexter.

Perseroan mengalami rugi per September 2018 sekitar minus Rp 4,3 miliar dibanding tahun lalu di periode sama. Tahun lalu perseroan rugi sekitar minus Rp 28,7 miliar. Portofolio CKRA sendiri saat ini terdiri dari processing dan invesment.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×