kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Margin Chandra Asri Petrochemical (TPIA) tergerus harga minyak mentah


Selasa, 23 Oktober 2018 / 16:07 WIB
Margin Chandra Asri Petrochemical (TPIA) tergerus harga minyak mentah
ILUSTRASI. Pabrik Chandra Asri Petrochemical


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Naiknya harga minyak bumi di tahun ini turut mempengaruhi kinerja produsen petrokimia seperti, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Dimana mayoritas bahan baku petrokimia ialah naphta cracker yang berasal dari minyak mentah (crude oil).

Suhat Miyarso, Vice President Corporate Relations PT Chandra Asri Petrochemical Tbk mengatakan bahwa perusahaan menyadari hal tersebut akan mempengaruhi beban produksi. "Apalagi 80% dari biaya produksi industri petrokimia itu ialah bahan baku," sebutnya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/10).

Saat ini harganya minyak dunia sudah menyentuh angka kisaran US$ 70 per barrel, naik hampir 20% year to date (ytd). Hal ini yang menyebabkan Suhat yakin dari sisi perolehan margin keuntungan perseroan menjadi tipis.

Meski belum bisa membeberkan capaian kinerja kuartal III-2018 secara detil, Suhat tak mengelak margin yang diperoleh perseroan kemungkinan bakal menggerus bottomline perseroan. "Meskipun dari segi pendapatan naik, namun beban produksinya ikut naik juga," ujarnya.

Demi mengamankan margin agar tidak semakin tergerus, beberapa opsi bakal ditempuh TPIA. Salah satunya dengan cara meningkatkan volume produksi, dimana perseroan tercatat memiliki kurang lebih 9 item produk petrokimia dengan kapasitas total hingga 3,3 juta ton dan utilitas hampir 90% di tahun ini.

Selain itu TPIA juga dikenal tengah merampungkan beberapa ekspansi pabrikannya, seperti pabrik Polyethylene yang baru dengan kapasitas 400.000 ton per tahun, lalu ada pabrik Meth Tert-Butil Ether (MBTE) berkapasitas 127.000 ton per tahun yang diperkirakan selesai di kuartal III-2020.

Menambah volume produksi menurut Suhat bakal diserap dengan baik oleh kebutuhan dalam negeri, dimana kondisi saat ini produk petrokimia kebanyakan masih impor. Selain itu, kata Suhat, membeli dari produsen lokal seperti TPIA lebih menguntungkan lantaran kecepatan distribusinya.

"Kalau impor mungkin perlu tunggu 1-2 bulan, kalau kami bisa lebih cepat. Dan lagi, beli di lokal tidak ada batasan minimal seperti impor, jadi dapat membeli dalam jumlah yang diinginkan," bebernya. Sementara itu, dari sisi harga produk TPIA mengaku masih melakukan review kembali.

Kata Suhat, mudah-mudahan dalam 2-3 bulan kedepan ada penyesuaian, dimana biasanya fluktuasi harga produk berkisar antara 5%-10% dari harga sebelumnya. Sampai akhir tahun ini, ia mengatakan perseroan masih optimis meraih target seperti yang direncanakan sejak awal.

Sebelumnya perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan sama besarnya dengan tahun lalu, yakni tumbuh 20%-25%. Adapun untuk trend bisnis petrokimia di tahun depan menurut TPIA masih positif apalagi di segmen barang-barang konsumsi yang membutuhkan packaging, diperkirakan segmen tersebut bakal mengerek penyerapan produk petrokimia lokal.

Mengintip laporan keuangan TPIA semester-I 2018 pendapatannya naik 7,6% year on year (yoy) menjadi US$ 1,28 miliar. Beban pokok pendapatan perusahaan tercatat naik 16,1% menjadi US$ 1,04 miliar. Alhasil laba setelah pajak TPIA sampai akhir Juni 2018 sebesar US$ 115,5 juta. Angka ini turun 33,79% dari periode yang sama tahun lalu di US$ 174 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×